Manokwari (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan Provinsi Papua Barat mengalami inflasi tahunan sebesar 2,05 persen (yoy) pada Oktober 2024 dengan indeks harga konsumen tercatat 106,78.
Kepala BPS Papua Barat Merry di Manokwari, Jumat, mengatakan kenaikan indeks harga dari kelompok makanan, minuman dan tembakau memberikan andil 1,46 persen terhadap kondisi inflasi.
Ada lima komoditas dari kelompok tersebut menjadi penyumbang utama terjadinya inflasi pada Oktober 2024 yaitu, beras, ikan ekor kuning, ikan kakap merah, sigaret kretek, dan ikan tuna.
"Inflasi tahunan pada Oktober lebih rendah dibandingkan kondisi pada September yang mencapai 2,91 persen (yoy)," kata Merry saat konferensi pers.
Menurut dia peningkatan indeks harga dari kelompok lainnya seperti pendidikan, perawatan pribadi, restoran, dan pemeliharaan rutin rumah tangga turut memengaruhi kondisi inflasi.
Dalam periode yang sama ada tiga kelompok mengalami penurunan indeks harga (deflasi), yaitu kelompok transportasi, kelompok kesehatan, dan kelompok informasi, komunikasi serta jasa keuangan.
"Ada lima komoditas penyumbang utama deflasi yakni, bensin, cabai rawit, tomat, kangkung, dan udang," ujar Merry.
Secara bulanan, kata Merry, Provinsi Papua Barat mengalami deflasi sebesar 0,59 persen (mtm) lebih rendah dibandingkan periode September 2024 yang tercatat 0,92 persen (mtm).
Deflasi dipengaruhi penurunan indeks harga hampir seluruh kelompok pengeluaran, dengan kontribusi terbesar disumbang oleh makanan minuman dan tembakau serta transportasi.
"Kelompok makanan minuman dan tembakau memberikan andil deflasi 0,56 persen, dan transportasi 0,08 persen," jelas Merry.