Manokwari (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan Provinsi Papua Barat mengalami deflasi tahunan 1,98 persen (year on year/yoy) pada Februari 2025 dengan indeks harga konsumen sebesar 103,98.
Kepala BPS Provinsi Papua Barat Merry saat konferensi pers di Manokwari, Senin, mengatakan deflasi terjadi karena sebagian besar kelompok pengeluaran mengalami penurunan indeks harga.
Kelompok yang memberikan andil deflasi terbesar yaitu kelompok perumahan, air, dan bahan bakar rumah tangga dengan komoditas seperti tarif listrik, cat tembok, dan paku.
"Deflasi tahunan Februari 2025 lebih dalam dibanding bulan Januari 2025 yang tercatat 0,44 persen (yoy)," katanya.
Baca Juga: Papua Barat alami deflasi 0,44 persen pada bulan Januari
Secara bulanan, kata dia, Papua Barat juga mengalami deflasi 1,41 persen (month to month/mtm) atau lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 2,29 persen (mtm).
Penyumbang utama deflasi bulanan Papua Barat berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan komoditas berupa ikan cakalang, ekor kuning, dan cabai rawit.
"Deflasi bulanan pada Februari 2025 berbanding terbalik dengan bulan yang sama tahun 2024 karena terjadi inflasi 0,06 persen (mtm)," ujar Merry.
Dengan demikian, terdapat lima komoditas sebagai penyumbang utama deflasi tahunan Papua Barat, yakni tarif listrik, ikan ekor kuning, tomat, kangkung, dan bayam.
Sama halnya dengan kondisi deflasi bulanan juga ada lima komoditas yang menjadi penyumbang utama, yaitu ikan ekor kuning, tarif listrik, ikan cakalang, cabai rawit, dan tomat.
BPS: Papua Barat alami deflasi 1,98 persen pada Februari 2025
Selasa, 4 Maret 2025 4:49 WIB

Kepala BPS Provinsi Papua Barat Merry memaparkan kondisi indeks harga konsumen periode Februari 2025 saat konferensi pers di Manokwari, Senin. (ANTARA/Fransiskus Salu Weking)