Kepala BPS Papua Barat Merry di Manokwari, Senin, mengatakan hasil survei luas tanam padi menggunakan metode kerangka sampel area diperkirakan mengalami peningkatan pada subround pertama (Januari-April) dan subround ketiga (September-Desember).
Total luas tanam padi atau bahan baku sawah Papua Barat tahun 2019 sebelum adanya pemekaran daerah otonom baru Provinsi Papua Barat Daya mencapai 8,86 ribu hektare dan menempati urutan ketiga terendah dari seluruh provinsi.
"Proyeksi luas bahan baku sawah Papua Barat sudah dipisahkan setelah adanya pemekaran Papua Barat Daya," kata Merry.
Meski demikian, kata dia, total produksi padi Papua Barat tahun 2024 diperkirakan hanya mencapai 21,36 ribu ton gabah kering giling atau mengalami penurunan sebesar 5,35 persen jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2023.
Penurunan tersebut terjadi pada subround pertama sebanyak 0,14 ribu ton, kemudian subround dua (Mei-Agustus) sebanyak 0,29 ribu ton, namun pada subround tiga berpotensi kembali meningkat 1,84 ribu ton.
"Potensi peningkatan produksi padi hanya terjadi pada subround ketiga," ujar Merry.
Menurut dia penurunan produktivitas padi sangat mempengaruhi produksi beras yang dikonsumsi oleh penduduk setempat dengan perkiraan penurunan sebesar 5,35 persen atau 0,73 ribu ton dibandingkan tahun 2023.
Produksi beras subround pertama turun 0,08 ribu ton diikuti penurunan pada subround kedua sebanyak 1,74 ribu ton, dan subround ketiga diperkirakan meningkat hanya 1,10 ribu ton.
"Total produksi beras tahun 2024 sebanyak 12,83 ribu ton lebih rendah dari tahun 2023 yang mencapai 13,56 ribu ton," jelas Merry.