Kepala BPBD Kota Sorong Herlin Sasabone di Sorong, Rabu, menjelaskan pada kegiatan itu disimulasikan kejadian gempa bumi di Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, yang berimbas ke Kota Sorong dengan ketinggian gelombang 0,5 meter.
"Sehingga ini penting dilakukan sebagai bentuk kesiapsiagaan dan antisipasi bencana dengan meningkatkan kewaspadaan dan respons terhadap potensi bencana di wilayah Kota Sorong," ucapnya.
Hal yang dilakukan BPBD Kota Sorong dalam menghadapi situasi darurat bencana adalah menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) Peringatan Dini, SOP Pergerakan Perawat, dan SOP Evakuasi.
"Skenario dari kejadian dari jam ke jam itu langsung ditindaklanjuti dengan tindakan apa yang dilakukan BPBD. Jadi mulai dari peringatan dini adanya gempa, belum dikeluarkan potensi tsunami, kemudian peringatan dini kedua ada potensi tsunami dengan ketinggian gelombang bisa sampai 0,5 meter, lalu kita laporkan ke Wali Kota Sorong untuk lakukan evakuasi," beber Herlin.
Dia menyebutkan tempat evakuasi yang telah ditetapkan di dalam dokumen gempa bumi dan tsunami ada pada enam kelurahan di Kota Sorong, antara lain Kelurahan Klawasi tepatnya di lokasi pemakaman umum, karena daerahnya berada di dataran tinggi.
Kemudian bangunan bertingkat seperti sekolah dan perkantoran menjadi tempat untuk evakuasi masyarakat jika terjadi tsunami.
"Kami berharap tidak sampai terjadi tsunami, karena dari sembilan potensi bencana di Kota Sorong, delapan sudah terjadi, hanya potensi tsunami yang belum terjadi," kata Herlin.
Melalui simulasi ini, kata dia, BPBD bisa terlatih dan lebih siap lagi jika suatu saat tsunami terjadi di Kota Sorong.