Instruktur CV Mahkota Kreatif, Yanti Siwabesi, di Sorong, Jumat, menjelaskan pelatihan membatik ecoprint ini merupakan salah satu cara membatik berbahan baku lokal seperti pinang, kulit kayu mangi-mangi, daun kasbi, dan buah merah.
"Bahan dasar itu kita manfaatkan bahan baku lokal yang sudah ada tinggal bagaimana menyatukan itu menjadi satu produk yang estetik dan otentik serta bernilai ekonomis," ujar dia.
Dia mengatakan bahwa ada delapan hingga sembilan teknik yang akan diterapkan dalam membatik ecoprint ini, dan semaksimal mungkin akan diberikan secara maksimal kepada peserta.
"Untuk satu teknik membatik ecoprint itu membutuhkan waktu sehari, kenapa? Karena kita harus mencuci kain berwarna putih atau kain serat alam dengan deterjen untuk membuang seluruh kotorannya," beber dia.
Kemudian, proses itu diikuti dengan tahapan mordanting untuk meningkatkan daya tarik zat warna alam terhadap bahan tekstil supaya menghasilkan ketajaman warna yang maksimal.
"Pada proses itu kita rendam dengan tawas dan sodium acetrat. Tujuan dari proses itu untuk membuang sisa kotoran berupa lilin ada bahan itu," ujar dia.
Setelah proses itu dilalui, dimulai lagi dengan pencetakan daun, ditutup dan dibungkus selama satu hingga dua jam.
"Jadi memang pembuatannya itu memakan waktu satu hari karena ada oksidasi satu hari, dua hari dan tiga hari," kata dia.
Pada proses pelatihan ini, peserta diajarkan bagaimana memukul daun alam sampai zat hijau daun itu terserap secara merata pada kain.
"Selain itu kita akan belajar bagaimana membuat kain itu tercetak bagus dengan daun tanpa blanket atau sarung. Kemudian teknik pewarnaan pun kita pelajari bagaimana warna itu kita ekstrat dari pinang," kata dia.
Menurut dia, pelatihan ini hanya berorientasi bagaimana meningkatkan kapasitas mama-mama Papua untuk berinovasi dalam berkreasi dengan pemanfaatan bahan baku lokal.
"Pesertanya sangat antusias mengikuti pelatihan ini karena bahan dasarnya gampang digunakan dan bisa berpeluang menjadi pemenuhan kebutuhan ekonomi," ucap dia.
Dia berharap dengan adanya pelatihan batik ecoprint ini bisa menjadi modal untuk membuka usaha baru.
Peserta pelatihan membatik, Abigael Meres merasa bersyukur atas kesempatan pelatihan ini karena nantinya menjadi peluang untuk membuka usaha demi menunjang kebutuhan ekonomi keluarga.
"Saya pribadi sebagai orang asli Papua merasa bersyukur atas kebijakan pemerintah membuat pelatihan ini," ucap dia.
Dia mengakui bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat karena selain memiliki peluang usaha tetapi juga bahan baku yang digunakan merupakan bahan lokal yang sudah ada, sehingga nantinya akan lebih menunjang ketika peluang usaha itu dibuka setelah mengikuti pelatihan ini.
"Bahannya sudah ada, tinggal bagaimana kami terus dilatih supaya lebih maksimal memanfaatkan itu sebagai peluang usaha," ujar dia.
Dia berharap kepada Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya agar terus melaksanakan pelatihan serupa untuk memperkuat kemampuan mama-mama Papua dan membatik.
"Pelatihan ini jangan berhenti di sini saja tetapi harus dilakukan terus menerus supaya kami lebih mahir lagi," harap dia.
Kepala Seksi Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Papua Barat Daya, Rosita Wanane mengatakan pelatihan ini bagian dari upaya pemerintah memberikan peluang kepada masyarakat Papua untuk berwira usaha dengan memanfaatkan potensi yang ada.
"Ini bagian dari pemberdayaan masyarakat supaya berpeluang membuka usaha," kata dia.
Pelatihan ini akan berlangsung selama 10 hari ke depan di Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Sorong, Papua Barat Daya. "Nanti setelah pelatihan kita bekali mereka dengan fasilitas lengkap untuk menunjang usaha membatik," ucap dia.
Dia mengatakan bahwa ada delapan hingga sembilan teknik yang akan diterapkan dalam membatik ecoprint ini, dan semaksimal mungkin akan diberikan secara maksimal kepada peserta.
"Untuk satu teknik membatik ecoprint itu membutuhkan waktu sehari, kenapa? Karena kita harus mencuci kain berwarna putih atau kain serat alam dengan deterjen untuk membuang seluruh kotorannya," beber dia.
Kemudian, proses itu diikuti dengan tahapan mordanting untuk meningkatkan daya tarik zat warna alam terhadap bahan tekstil supaya menghasilkan ketajaman warna yang maksimal.
"Pada proses itu kita rendam dengan tawas dan sodium acetrat. Tujuan dari proses itu untuk membuang sisa kotoran berupa lilin ada bahan itu," ujar dia.
Setelah proses itu dilalui, dimulai lagi dengan pencetakan daun, ditutup dan dibungkus selama satu hingga dua jam.
"Jadi memang pembuatannya itu memakan waktu satu hari karena ada oksidasi satu hari, dua hari dan tiga hari," kata dia.
Pada proses pelatihan ini, peserta diajarkan bagaimana memukul daun alam sampai zat hijau daun itu terserap secara merata pada kain.
"Selain itu kita akan belajar bagaimana membuat kain itu tercetak bagus dengan daun tanpa blanket atau sarung. Kemudian teknik pewarnaan pun kita pelajari bagaimana warna itu kita ekstrat dari pinang," kata dia.
Menurut dia, pelatihan ini hanya berorientasi bagaimana meningkatkan kapasitas mama-mama Papua untuk berinovasi dalam berkreasi dengan pemanfaatan bahan baku lokal.
"Pesertanya sangat antusias mengikuti pelatihan ini karena bahan dasarnya gampang digunakan dan bisa berpeluang menjadi pemenuhan kebutuhan ekonomi," ucap dia.
Dia berharap dengan adanya pelatihan batik ecoprint ini bisa menjadi modal untuk membuka usaha baru.
Peserta pelatihan membatik, Abigael Meres merasa bersyukur atas kesempatan pelatihan ini karena nantinya menjadi peluang untuk membuka usaha demi menunjang kebutuhan ekonomi keluarga.
"Saya pribadi sebagai orang asli Papua merasa bersyukur atas kebijakan pemerintah membuat pelatihan ini," ucap dia.
Dia mengakui bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat karena selain memiliki peluang usaha tetapi juga bahan baku yang digunakan merupakan bahan lokal yang sudah ada, sehingga nantinya akan lebih menunjang ketika peluang usaha itu dibuka setelah mengikuti pelatihan ini.
"Bahannya sudah ada, tinggal bagaimana kami terus dilatih supaya lebih maksimal memanfaatkan itu sebagai peluang usaha," ujar dia.
Dia berharap kepada Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya agar terus melaksanakan pelatihan serupa untuk memperkuat kemampuan mama-mama Papua dan membatik.
"Pelatihan ini jangan berhenti di sini saja tetapi harus dilakukan terus menerus supaya kami lebih mahir lagi," harap dia.
Kepala Seksi Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Papua Barat Daya, Rosita Wanane mengatakan pelatihan ini bagian dari upaya pemerintah memberikan peluang kepada masyarakat Papua untuk berwira usaha dengan memanfaatkan potensi yang ada.
"Ini bagian dari pemberdayaan masyarakat supaya berpeluang membuka usaha," kata dia.
Pelatihan ini akan berlangsung selama 10 hari ke depan di Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Sorong, Papua Barat Daya. "Nanti setelah pelatihan kita bekali mereka dengan fasilitas lengkap untuk menunjang usaha membatik," ucap dia.