Peneliti anggrek dari Universitas Papua (Unipa), Jimmy Frans Wanma, di Manokwari, Rabu petang, menjelaskan bahwa temuan spesies anggrek ini ditemukan peneliti dalam ekspedisi selama satu pekan di Pegunungan Nok di Pulau Waigeo, Raja Ampat.
"Hasil penelitian itu sudah kami tulis dan dipublikasikan melalui Orchideen Journal, yang diterbitkan 13 Desember 2022 yang berbasis di Belanda. Ini menambah daftar jenis kekayaan anggrek yang ada di Indonesia bahkan dunia," katanya.
Ia menjelaskan masyarakat sekitar Gunung Nok tidak mengetahui jenis anggrek yang ditemukan peneliti itu, bahkan kebanyakan masyarakat masih menganggap semua anggrek adalah sama.
Spesies anggrek baru itu, kata dia, ditemukan di ketinggian 100-300 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan pengembangbiakan anggrek tersebut bisa saja dilakukan, namun sulit untuk dikeluarkan atau dibawa ke tempat penangkaran dari tempat spesies anggrek itu ditemukan.
"Kalau pun mau dikembangkan harus ditangkar di tempat ketinggian yang setidaknya sama termasuk habitatnya. Sedangkan seperti kita tahu, ini akan sulit dilakukan karena banyak aturan mengenai pemindahan tumbuhan yang harus dilengkapi apalagi kawasan tempat tumbuhnya anggrek ini adalah kawasan konservasi," katanya.
Ia menambahkan saat ditemukan, anggrek dalam masa berbunga sehingga mudah dikenali.
Dia menyatakan ragu untuk menemukan spesies baru itu jika anggrek tidak dalam masa berbunga.
Dia menyatakan ragu untuk menemukan spesies baru itu jika anggrek tidak dalam masa berbunga.
"Menurut kami sementara waktu ini spesies anggrek ini sangat terancam karena hanya ada di sekitar Gunung Nok tersebut dan tidak ada di wilayah lain," katanya.
Tim bersyukur para peneliti giat untuk berusaha dalam mengeksplorasi berbagai macam potensi tanaman, khususnya anggrek di Papua. Sebab akses menuju lokasi ekspedisi pun diakuinya membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit.
Dia mengakui dalam ekspedisi tersebut peneliti menemukan berbagai macam jenis anggrek tetapi kebanyakan telah ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh para peneliti pendahulu.
"Sedangkan yang kita temukan ini yang kita proses dan kita publikasikan hasil penelitiannya ke jurnal," katanya.
Penelitian itu ditulis Jimmy bersama Hairul dan Jimmy Oru dari Badan Riset dan Inovasi Daerah Provinsi Papua Barat, Yanuar Ishak dan Christian Maurits Kaviar dari FFI serta Muhammad Hasibuan dari Badan Besar Konservasi Sumber Daya Alam di Sorong.
Pihaknya juga berencana akan menyerahkan hasil temuan ini kepada Wury Estu Handayani yang dinilai berperan besar dalam penelitian flora di Indonesia, khususnya tanaman anggrek.
Sebelum melakukan penelitian dan eksplorasi, kata Frans Wanma, anggrek itu sempat terpotret dan dilaporkan ke para peneliti anggrek di Inggris. Para peneliti di Inggris mengungkapkan, anggrek yang ada dalam foto itu sebelumnya pernah tercatat dalam publikasi perjalanan Alfred Russel Wallace pada sekitar abad 19 dalam buku Kepulauan Nusantara yang dalam publikasi berbahasa Indonesia diterbitkan Komunitas Bambu.
Kepala Sub Bidang Diseminasi Kelitbangan Badan Riset Inovasi Daerah Papua Barat Ezrom Batorinding menyebut pihaknya mengkoordinir seluruh kegiatan penelitian para mitra pembangunan dari berbagai LSM.
Saat peneliti mendapatkan dan memotret anggrek yang dimaksud pada 2020 lalu, pihaknya sempat membuat spesimen kering untuk didiskusikan di Kabupaten Manokwari.
Hasil penelitian kemudian dicermati lebih jauh pada pertengahan 2022 untuk memastikan jenis atau temuan baru anggrek dendrobium wuryae serta melibatkan peneliti dari Royal Botani Garden Kew yang berbasis di Inggris.
"Kita sudah bandingkan dengan spesimen lain yang tersimpan di herbarium di Inggris dan catatan-catatan herbarium lain yang mirip tetapi setelah kita cermati, ternyata ini jenisnya sangat beda dan baru," demikian Ezrom Batorinding.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Penemuan anggrek jenis baru di Raja Ampat diungkap tim peneliti