SMK Bisnis dan Manajemen Kebar dengan total 36 orang siswa, dua guru PNS dan 6 guru honorer ini, hanya mengandalkan listrik dari tenaga surya (solar cell) untuk menunjang kegiatan belajar di kelas, praktek, hingga akses internet yang terbatas pula.
"SMK Bisnis dan Manajemen Distrik Kebar belum dialiri listrik dari PLN. Juga masih minim fasilitas untuk menunjang kegiatan belajar di kelas maupun praktek siswa secara normal," ujar Kepala Sekolah (Kepsek) SMK Bisnis dan Manajemen Kebar, Maria Elisabeth Krey, di Manokwari, Sabtu.
Di tengah kondisi tersebut, kata Maria, para guru terus berjuang memberikan yang terbaik dengan memanfaatkan fasilitas seadanya, memastikan para siswa mampu menyerap ilmu yang diberikan.
Selain masalah listrik, SMK Bisnis dan Manajemen Kebar yang didirikan sejak 2015 ini belum memiliki sarana komputer dan internet yang memadai, sehingga pihak sekolah melakukan kerjasama dengan SMK di Kabupaten Manokwari yang memiliki fasilitas cukup lengkap.
"Karena kekurangan komputer dan terbatas akses internet, kami terpaksa numpang ke SMK Negeri 5 di Distrik Sidei Kabupaten Manokwari untuk Ujian Nasional (UN) maupun saat mengikuti Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK)," ujarnya.
Maria mengatakan usulan penambahan sarana komputer, dan fasilitas internet sedang diajukan ke dinas pendidikan Provinsi Papua Barat karena menjadi kebutuhan yang sangat mendesak untuk menunjang kegiatan belajar di sekolah tersebut.
"Tahun ini kami ajukan permohonan ke Dinas, harapannya bisa terjawab karena misi dan visi SMK secara nasional pun harus menjadi bagian dari SMK Bisnis dan Manajemen Kebar. Ini harapan saya," kata Kepsek Maria Elisabeth Krey.
Kesempatan itu Maria mengatakan 37 siswa SMK Bisnis dan Manajemen Kebar terdiri tiga kelas yaitu kelas XII sebanyak 14 siswa, kelas XI sebanyak 16 siswa dan kelas X sebanyak 7 siswa.
"Hanya ada tiga jurusan yaitu Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran untuk kelas XI dan XII serta jurusan otomotif kendaraan ringan (mobil) dan pengelasan untuk kelas X," ujarnya.