Manokwari (ANTARA) - Sebanyak 3.497 pasien di Provinsi Papua Barat kini sedang berjuang melawan COVID-19 dari tempat perawatan di rumah sakit maupun di tempat-tempat isolasi mandiri yang tersebar di 13 kabupaten dan kota.
"Tingkat penularan virus corona di provinsi ini sudah di atas 60 persen dengan temuan kasus lebih dari 150 orang terpapar setiap harinya," kata Juru bicara Satgas COVID-19 Papua Barat dr Arnold Tiniap di Manokwari, Rabu (14/7).
Arnold Tiniap mengutarakan bahwa ledakan kasus positif COVID-19 di provinsi ini bukan sesuatu yang direkayasa atau dipolitisasi oleh paramedis, tapi virus corona itu nyata. Sedikitnya 216 nyawa manusia di bumi Kasuari ini sudah meninggal dunia akibat COVID-19.
"Saya perlu tegaskan bagian ini, bahwa tenaga kesehatan (nakes) yang terlibat dalam tim COVID-19 adalah pribadi yang disumpah, karena profesi yang digeluti adalah profesi mulia untuk keselamatan nyawa manusia," kata dr Arnold Tiniap.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi Papua Barat ini mengatakan pula bahwa fasilitas kesehatan rumah sakit khusus yang menangani pasien COVID-19 sudah over kapasitas menghadapi ledakan kasus positif Corona di provinsi ini.
"Apapun upaya kita (para medis) dan seberapa banyak penambaha fasilitas kesehatan bagi pasien COVID-19, tidak bisa menghentikan tingkat penularan virus ini, jika masyarakat masih saja abaikan protokol kesehatan," kata Arnold Tiniap.
Dia mengakui, bawah upaya Pemerintah memformulasikan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM mikro/darurat merupakan salah satu alternatif untuk mengajak masyarakat kembali sadar, bahwa kita sudah terjebak.
"Saya ingatkan kita semua, agar tinggalkan perdebatan. Masing-masing orang pastikan dirinya sehat dan aman dari serangan virus corona yang ada di sekitar kita dengan taat protokol kesehatan sesuai anjuran Pemerintah," ujarnya.
Selanjutnya, pimpinan lembaga representasi kultur atau Majelis Rakyat Papua Barat (MRPB) Maxsi Nelson Ahoren, di Manokwari mengimbau kepada masyarakat adat di dua wilayah adat (Domberai-Bomberai) di provinsi itu agar taat protokol kesehatan.
"Sebagai pimpinan lembaga kultur, saya mengimbau kepada masyarakat adat Papua Barat agar taat protokol kesehatan. Kita orang Papua sudah sedikit, jangan sampai virus ini mengurangi jumlah kita, hanya karena kita abaikan protokol kesehatan," pesan Maxsi Nelson Ahoren.