Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat mengimbau warga terus mewaspadai penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD).
Kepala Dinas Kesehatan Papua Barat Otto Parorongan di Manokwari, Selasa, mengatakan, saat ini wilayah Indonesia masih berada pada musim penghujan. Populasi nyamuk dipastikan meningkat, termasuk aedes aegypti.
"Semua harus sadar bahwa masing-masing punya tanggungjawab untuk menjaga lingkungan dan kesehatanya. Penyebaran penyakit DBD yang bergantung pada kondisi lingkungan," kata Otto.
Sejak awal tahun 2019, sudah terdapat 14 kasus DBD dan satu diantaranya meninggal, yakni di Kabupaten Fakfak. Ia berharap tidak ada lagi warga meninggal akibat DBD.
Terkait 14 kasus tersebut, semua sudah ditangani Dinas Kesehatan di wilayah masing-masing. Para pasien saat ini sudah sembuh.
"Untuk kasus baru kami belum mendapat laporan dari kabupaten kota. Kita berdoa, semoga tidak ada lagi," kata dia.
Menyikapi kasus tersebut, Dinas Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota telah berupaya melakukan penanganan cepat di daerah-daerah yang terindikasi terdapat penyebaran DBD. Selain penyuluhan, petugas juga melakukan pemberantasan sarang nyamuk serta pengasapan.
Otto menambahkan, selain DBD masyarakat juga diimbau mewaspadai kasus malaria serta penyakit lain akibat pengaruh fektor.
"Untuk malaria 90 persen lebih daerah di Papua Barat adalah endemis. Pemerintah baik pusat, provinsi maupun kabupaten kota terus berupaya menekan kasus. Lagi-lagi kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan adalah memiliki peran besar," kata dia lagi.
Ia menjelaskan, DBD dan malaria sama-sama dipengaruhi oleh nyamuk yakni aedes aegypti dan anopeles. Masyarakat diminta untuk melindungi diri dari nyamuk.
"Kita masih punya banyak hutan, ditambah lagi saluran air. Pastikan tidak ada genangan air dan gunakan obat anti nyamuk dan memasang kelambu di tempat tidur. Bisa juga memakai losion anti nyamuk," pungkasnya.***
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2019
Kepala Dinas Kesehatan Papua Barat Otto Parorongan di Manokwari, Selasa, mengatakan, saat ini wilayah Indonesia masih berada pada musim penghujan. Populasi nyamuk dipastikan meningkat, termasuk aedes aegypti.
"Semua harus sadar bahwa masing-masing punya tanggungjawab untuk menjaga lingkungan dan kesehatanya. Penyebaran penyakit DBD yang bergantung pada kondisi lingkungan," kata Otto.
Sejak awal tahun 2019, sudah terdapat 14 kasus DBD dan satu diantaranya meninggal, yakni di Kabupaten Fakfak. Ia berharap tidak ada lagi warga meninggal akibat DBD.
Terkait 14 kasus tersebut, semua sudah ditangani Dinas Kesehatan di wilayah masing-masing. Para pasien saat ini sudah sembuh.
"Untuk kasus baru kami belum mendapat laporan dari kabupaten kota. Kita berdoa, semoga tidak ada lagi," kata dia.
Menyikapi kasus tersebut, Dinas Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota telah berupaya melakukan penanganan cepat di daerah-daerah yang terindikasi terdapat penyebaran DBD. Selain penyuluhan, petugas juga melakukan pemberantasan sarang nyamuk serta pengasapan.
Otto menambahkan, selain DBD masyarakat juga diimbau mewaspadai kasus malaria serta penyakit lain akibat pengaruh fektor.
"Untuk malaria 90 persen lebih daerah di Papua Barat adalah endemis. Pemerintah baik pusat, provinsi maupun kabupaten kota terus berupaya menekan kasus. Lagi-lagi kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan adalah memiliki peran besar," kata dia lagi.
Ia menjelaskan, DBD dan malaria sama-sama dipengaruhi oleh nyamuk yakni aedes aegypti dan anopeles. Masyarakat diminta untuk melindungi diri dari nyamuk.
"Kita masih punya banyak hutan, ditambah lagi saluran air. Pastikan tidak ada genangan air dan gunakan obat anti nyamuk dan memasang kelambu di tempat tidur. Bisa juga memakai losion anti nyamuk," pungkasnya.***
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2019