Sosialisasi ini melibatkan tokoh masyarakat, tokoh adat, agama, pemuda, perempuan yang berlangsung di salah satu hotel di Kota Sorong, Kamis.
Sekretaris KPA Kota Sorong, Jenny Isir, mengatakan sosialisasi ini merupakan upaya konkret KPA dan Dinas Kesehatan Kota Sorong sebagai upaya untuk sebanyak mungkin memberikan bekal pemahaman kepada masyarakat tentang dampak dari penyakit ini sehingga nantinya bisa menjadi modal dalam penanganan kasus itu.
"Dalam sosialisasi ini kita menyampaikan hal tentang penularan HIV, pencegahan, ketersediaan layanan dan sekaligus menyampaikan soal situasi perkembangan HIV," jelas Jenny.
Dia mengakui bahwa dari data yang tersedia, yang dominan terjerumus di dalam penyakit ini dan dinyatakan positif HIV adalah usia remaja serta usia sekolah.
"Makanya sosialisasi ini penting supaya tokoh-tokoh ini berperan dalam program pencegahan melalui sosialisasi lanjutan sebagai langkah penanggulangan kasus ini," ujar Jenny.
"Makanya sosialisasi ini penting supaya tokoh-tokoh ini berperan dalam program pencegahan melalui sosialisasi lanjutan sebagai langkah penanggulangan kasus ini," ujar Jenny.
Berdasarkan data komulatif kasus HIV/AIDS hingga September 2024, sebanyak 3.290 kasus positif dengan rincian stadium HIV laki-laki 1.159 orang dan perempuan 1.670 orang.
Kemudian, stadium AIDS terdiri atas laki-laki sebanyak 617 orang dan perempuan 467 orang.
"Total meninggal dari kasus positif sebanyak 482 orang sepanjang September 2024," beber Jenny.
Dia mengatakan, jika mengikuti data tren lima tahun terakhir, mengalami peningkatan pada 2023 sebanyak 253 kasus, sementara pada 2001-2022 mengalami penurunan dikarenakan situasi pandemi COVID-19.
"Di 2024, mulai Januari-September ada kasus baru sebanyak 129 kasus positif," kata Jenny.
Berbagai upaya dan langkah konkret yang telah dilakukan dengan Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Sorong dan LSM lewat sosialisasi secara masif dengan tujuan memberikan edukasi kepada masyarakat.
Selain itu, Dinas Kesehatan Kota Sorong pun menyediakan fasilitas kesehatan, meningkatkan SDM tenaga kesehatan, membentuk tim penanganan dan pemeriksaan orang dengan HIV.
"Karena penanganan orang dengan HIV harus ada petugas khusus sehingga di setiap puskesmas di Kota Sorong ada tim yang terdiri atas lima orang yakni satu dokter, satu konselor, analis, apoteker dan petugas data," beber Jenny.
Jenny menyebutkan, 10 puskesmas di Kota Sorong telah tersedia layanan pemeriksaan dan pengobatan HIV/AID lengkap dengan tim penanganan kasus.
Kemudian, dari tujuh rumah sakit di Kota Sorong, baru dua rumah sakit yang menyediakan layanan tes dan pengobatan orang dengan HIV/AIDS yakni RSUD Sele Be Solu dan Rumah Sakit Angkatan Laut.
"Kalau rumah sakit lainnya baru menyediakan layanan pemeriksaan, jika terindikasi positif baru dirujuk ke puskesmas atau dua rumah sakit yang itu," ucap Jenny.