Manokwari (ANTARA) - Dinas Kesehatan Manokwari Papua Barat melakukan perubahan sebutan imunisasi polio menjadi tetes manis agar menarik minat warga membawa anak-anaknya mendapatkan imunisasi.
Pelaksana tugas Kepala Dinas Kesehatan Manokwari Marthen Rantetampang di Manokwari Jumat mengatakan, hingga saat ini masih ada orang tua yang trauma atau takut membawa anaknya mendapatkan imunisasi polio.
"Sebenarnya tetes manis hanyalah bahasa yang kita gunakan di lapangan untuk menarik minat orang tua atau anak-anak, tapi programnya tetap saja imunisasi polio," katanya.
Ia menjelaskan, masih banyak orang tua di Manokwari yang enggan membawa anaknya yang berumur 0 sampai 7 tahun 11 bulan 29 hari untuk mendapatkan imunisasi polio di puskesmas maupun posyandu.
Guna mengatasi masalah tersebut, Dinkes bersama pemangku kepentingan lainnya seperti pemerintah distrik (kecamatan) melakukan imunisasi jemput bola dari rumah ke rumah.
Saat turun lapangan dari rumah ke rumah itu pihaknya mengubah bahasa imunisasi polio menjadi tetes manis, sehingga orang tua tidak merasa takut.
"Masih banyak orang tua takut dengan istilah vaksin atau imunisasi, kesannya diberikan dengan cara disuntik. Padahal imunisasi polio ini hanya ditetes, rasanya manis dan tidak memiliki efek samping," ujarnya.
Ia mengatakan, langkah tersebut terbukti ampuh saat diterapkan di Puskesmas Tanah Rubuh, Manokwari. Dengan merubah istilah menjadi tetes manis, banyak orang tua yang tidak takut lagi membawa anaknya mendapat imunisasi polio.
"Lebih enak didengar kalau pakai bahasa tetes manis. Saat diberi imunisasi anak-anak juga tidak takut dan justru senang karena rasanya manis saja," ujarnya.
Langkah itu harus ditempuh Dinkes Manokwari karena harus mengejar capaian imunisasi polio yang baru mencapai 76,2 persen atau 36.383 dari jumlah sasaran sebanyak 47.747 anak berusia 0-7 tahun 11 bulan 29 hari.
Padahal target yang ditetapkan untuk Kabupaten Manokwari pada pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) polio tahun 2024 sebesar 95 persen.