Wasior (ANTARA) - Delapan pengajar muda sukarelawan dari Yayasan Indonesia Mengajar telah menuntaskan pengabdian selama satu tahun di Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat.
Koordinator Pengajar Muda Angkatan XXIV Riski Nopriyana di Wasior, Minggu, mengatakan gerakan mengajar diharapkan dapat meningkatkan kesadaran berbagai pihak untuk terlibat memajukan mutu dan kualitas pendidikan.
"Konsep membangun pendidikan itu memerlukan gotong royong semua komponen di daerah," kata Riski.
Dia menjelaskan Yayasan Indonesia Mengajar menempatkan delapan pengajar muda yang tergabung dalam angkatan XXIV di Teluk Wondama sejak pertengahan Maret 2023.
Mereka bertugas sebagai guru sukarelawan pada delapan Sekolah Dasar (SD) yang tersebar di kampung terpencil dan terdalam di Kabupaten Teluk Wondama.
"Saya bersama tujuh rekan guru muda disebar ke delapan SD yang ada di daerah terpencil," tuturnya.
Menurut dia, interaksi melalui beragam bentuk dan cara juga dilakukan untuk membangun hubungan yang baik dengan berbagai pihak mulai dari lingkup sekolah, masyarakat kampung, hingga pemangku kepentingan di tingkat kabupaten, guna mengajak semua pihak peduli terhadap pendidikan.
“Sesuai tagline kami, setahun mengajar selamanya terinspirasi. Indonesia Mengajar bisa menjadi jembatan saling berkenalan dan berjejaring membangun pendidikan di Wondama, “ucap Riski yang bertugas di SDN Sariay, Distrik Roon.
RSelama setahun berada di Teluk Wondama, lanjutnya, masyarakat lokal sangat antusias merespon kehadiran delapan guru sukarelawan. Ada sejumlah kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan selain mengajar di sekolah yaitu menjaring ikan, berkebun, tokok sagu, hingga berdialog menggunakan bahasa lokal.
“Buktinya kami semua sehat-sehat sampai sekarang. Kami menganggap bapak ibu semua adalah orang tua kami," ucapnya.
Bupati Teluk Wondama Hendrik Mambor mengakui kehadiran pengajar muda dari Yayasan Indonesia Mengajar telah banyak membantu pemerintah daerah (pemda) dan masyarakat, terutama dalam pengembangan pendidikan.
Etos kerja dan dedikasi dari delapan guru sukarelawan patut dicontohi oleh seluruh tenaga pendidik mulai dari tingkat SD sampai SMA, termasuk generasi muda Teluk Wondama.
“Guru tidak ada, kepala sekolah tidak ada, tapi pengajar muda dari Indonesia Mengajar tetap ada untuk mengajar. Padahal mereka tinggal di tempat-tempat yang sulit. Ini yang mesti kita contoh,“ ucapnya.
Adapun kiprah Yayasan Indonesia Mengajar di Teluk Wondama dilanjutkan oleh delapan pengajar muda angkatan XXVI. Mereka ditempatkan pada kampung dan distrik yang sama dengan penempatan delapan guru muda sebelumnya.