Bupati Sorong Selatan (Sorsel), Papua Barat Daya, memimpin upacara memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) terakhir karena pada Desember 2024 mendatang masa jabatannya resmi berakhir.
Bupati Sorsel Samsudin Anggiluli, di Teminabuan, Kamis, mengatakan lima tahun terakhir ini adalah waktu yang sangat mengesankan. Menjadi pemimpin dari Gerakan Merdeka Belajar semakin menyadarkan tentang tantangan dan kesempatan yang dimiliki untuk memajukan pendidikan Indonesia.
"Bukan hal yang mudah untuk mentransformasi sebuah sistem yang sangat besar. Bukan tugas yang sederhana untuk mengubah perspektif tentang proses pembelajaran. Pada awal perjalanan, kita sadar bahwa membuat perubahan butuh perjuangan. Rasa tidak nyaman menyertai setiap langkah menuju perbaikan dan kemajuan," kata Samsudin.
Ia melanjutkan pandemi COVID-19 berdampak dalam mengubah proses belajar dan cara hidup secara drastis.
"Ketika langkah mulai serempak, kita dihadapkan dengan tantangan yang tidak pernah terbayangkan yakni pandemi. Dampak yang ditimbulkan mengubah proses belajar mengajar dan cara hidup kita secara drastis. Pada saat yang sama pandemi memberi kesempatan untuk mengakselerasi perubahan. Dengan bergotong royong, kita berjuang untuk pulih dan bangkit kembali menjadi jauh lebih kuat," kata Samsudin.
Samsudin melanjutkan kini dunia pendidikan mulai terjadi di sekitar, yang telah digerakan bersama dengan langkah yang serempak.
"Wajah baru pendidikan dan kebudayaan sedang kita bangun bersama dengan Gerakan Merdeka Belajar. Kita sudah mendengar anak-anak Indonesia berani bermimpi karena mereka merasa merdeka saat belajar di kelas. Kita sudah melihat lagi guru-guru yang berani mencoba hal-hal baru, karena mereka mendapatkan kepercayaan untuk mengenal dan menilai murid-muridnya," ungkap Samsudin.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024
Bupati Sorsel Samsudin Anggiluli, di Teminabuan, Kamis, mengatakan lima tahun terakhir ini adalah waktu yang sangat mengesankan. Menjadi pemimpin dari Gerakan Merdeka Belajar semakin menyadarkan tentang tantangan dan kesempatan yang dimiliki untuk memajukan pendidikan Indonesia.
"Bukan hal yang mudah untuk mentransformasi sebuah sistem yang sangat besar. Bukan tugas yang sederhana untuk mengubah perspektif tentang proses pembelajaran. Pada awal perjalanan, kita sadar bahwa membuat perubahan butuh perjuangan. Rasa tidak nyaman menyertai setiap langkah menuju perbaikan dan kemajuan," kata Samsudin.
Ia melanjutkan pandemi COVID-19 berdampak dalam mengubah proses belajar dan cara hidup secara drastis.
"Ketika langkah mulai serempak, kita dihadapkan dengan tantangan yang tidak pernah terbayangkan yakni pandemi. Dampak yang ditimbulkan mengubah proses belajar mengajar dan cara hidup kita secara drastis. Pada saat yang sama pandemi memberi kesempatan untuk mengakselerasi perubahan. Dengan bergotong royong, kita berjuang untuk pulih dan bangkit kembali menjadi jauh lebih kuat," kata Samsudin.
Samsudin melanjutkan kini dunia pendidikan mulai terjadi di sekitar, yang telah digerakan bersama dengan langkah yang serempak.
"Wajah baru pendidikan dan kebudayaan sedang kita bangun bersama dengan Gerakan Merdeka Belajar. Kita sudah mendengar anak-anak Indonesia berani bermimpi karena mereka merasa merdeka saat belajar di kelas. Kita sudah melihat lagi guru-guru yang berani mencoba hal-hal baru, karena mereka mendapatkan kepercayaan untuk mengenal dan menilai murid-muridnya," ungkap Samsudin.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024