Biak (ANTARA) - Tiupan angin sepoi-sepoi malam yang ditingkahi gelombang laut perairan Biak, Papua, mencapai setengah meter menjadi teman bagi setia Ortisan Meokbun, nelayan di Kabupaten Biak Numfor.
Begitulah keseharian Ketua Kelompok Nelayan "Rasiarbori" yang beranggotakan seratusan nelayan orang asli Papua di Kampung Nelayan Modern (Kalamo) Desa Samber-Binyeri, Distrik Yendidori, Kabupaten Biak Numfor, untuk pergi mengarungi perairan laut Biak, memancing ikan tuna.
Keadaan cuaca di perairan Biak dengan tiupan angin kencang bagi sebagian besar nelayan yang lepas tali di Dermaga Kalamo Samber-Binyeri tidak menjadi penghalang untuk pergi melaut dan menjalani pekerjaan sebagai nelayan ikan tuna.
Pergi melaut bagi kelompok nelayan Samber-Binyeri bisa satu hari atau lebih di tengah laut, bergantung dengan keadaan cuaca, hingga mereka membawa pulang hasil tangkapan berupa ikan tuna.
Semangat nelayan Kalamo Samber-Binyeri di Kabupaten Biak Numfor adalah wujud dari upaya pemerintah untuk terus meningkatkan hasil laut nelayan orang asli Papua (OAP), dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam kelautan dan perikanan yang dimiliki oleh daerah setempat.
Program itu bertujuan untuk mengangkat perekonomian atau pendapatan keluarga nelayan, dengan memanfaatkan fasilitas perikanan, berupa pasar modern yang telah dibangun oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Kalamo Samber-Binyeri itu diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 23 November 2023 dan kini menjadi tempat khusus bagi 207 kepala keluarga, khususnya 177 rumah tangga keluarga yang berprofesi sebagai nelayan, untuk hidup lebih sejahtera.
Kampung nelayan Samber-Binyeri hingga saat ini menjadi tempat bergantung hidup bagi nelayan OAP dan menjadi sumber pendapatan ekonomi bagi keluarga nelayan.
Sebelumnya, nelayan lokal di wilayah itu harus menjual hasil tangkapan ikan tuna ke pasar ikan tradisional yang jaraknya sekitar 20 kilometer dari pusat Kota Biak.
Karena lokasinya yang sangat jauh, hal itu telah berdampak pada pendapatan dari nelayan karena mereka harus mengeluarkan biaya tambahan untuk kebutuhan transportasi menjual ikan ke pasar.
Penjualan ikan nelayan Kalamo Samber-Binyeri di pasar ikan tradisional, yakni di Kelurahan Fandoi Biak Kota, tidak menentu, karena tergantung dengan jenis ikan dan besar kecilnya ukuran, dengan nilai penjualan di kisaran Rp500 ribu hingga Rp750 ribuan per hari.
Sementara ketika hasil tangkapan ikan nelayan dijual di koperasi nelayan di kampung nelayan Samber-Binyeri, ikan dibeli langsung oleh koperasi dengan harga untuk ikan tuna sebesar Rp14 ribu per kg dan ikan bukan tuna dibeli dengan harga Rp9.000 per kg. Dengan harga stabil itu, mereka tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk pengangkutan ikan ke lokasi yang jauh.
Dengan fasilitas yang disediakan pemerintah itu, pendapatan nelayan Kalamo Samber-Binyeri bisa meningkat, yakni mencapai Rp1 juta hingga Rp1,5 jutaan per hari, dengan biaya operasional untuk membeli bahan bakar minyak saat pergi melaut sekitar Rp500 ribuan per hari.
Koperasi di Kalamo Samber-Binyeri sudah bisa menampung ikan tuna tangkapan nelayan bervariasi, dari 300 kilogram hingga 500 kilogram per hari dan 9 ton hingga 15 ton setiap bulan.
Berdasarkan data pemerintah, potensi jenis ikan tuna Yellowfins di wilayah perairan penangkapan perikanan Republik Indonesia di perairan Teluk Cenderawasih, Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua, mencapai sekitar 800 ribu ton hingga satu juta ton per tahun.
Sementara itu, Pemkab Biak Numfor mencatat pemasukan atau pendapatan negara bukan pajak dari potensi ikan tuna Yellowfins di wilayah perairan Biak mencapai sekitar Rp17 triliun per tahun.
Fasilitas Kalamo
Program kampung nelayan modern (Kalamo) Samber-Binyeri merupakan yang pertama di Tanah Papua yang dibangun oleh pemerintah pada awal 2023. Kampung nelayan modern itu diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup dan usaha yang mandiri dan berkelanjutan bagi masyarakat nelayan orang asli Papua.
Kampung nelayan itu merupakan program dari pemerintah pusat, melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk mengubah wajah kampung nelayan tradisional menjadi kampung modern.
KKP telah membangun dan melengkapi sarana prasarana Kampung nelayan Samber-Binyeri dengan sejumlah fasilitas perikanan modern yang dapat meningkatkan produktivitas, kompetensi masyarakat, dan pertumbuhan ekonomi penduduk lokal setempat.
Berbagai kelengkapan yang telah disediakan oleh KKP, di antaranya infrastruktur dan fasilitas usaha bidang perikanan, memberikan bantuan sarana dan prasarana penangkapan ikan, dan membangun koperasi untuk produsen perikanan.
Beberapa fasilitas utama yang juga dibangun KKP di Kalamo Samber-Binyeri adalah stasiun pengisian bahan bakar (BBM) khusus nelayan, dermaga tambatan kapal, pabrik es, sentra kuliner, gudang pendingin, selter pendaratan kapal ikan, kios perbekalan, dan bengkel perbaikan motor laut nelayan.
Di kampung itu, ada juga fasilitas pendukung, yakni balai pelatihan, instalasi air bersih, drainase, penerangan jalan, instalasi pengelolaan air limbah, hingga kantor koperasi pengelola Kalamo Samber-Binyeri.
Selain itu, KKP juga memberikan pelatihan dan pendampingan usaha melalui rekayasa sosial agar semua fasilitas yang telah terbangun di Kalamo dapat dimanfaatkan secara maksimal dan berkelanjutan oleh nelayan orang asli Papua.
Kalamo di Desa Samber-Binyeri, Distrik Yendidori, menjadi lokasi percontohan penataan permukiman keluarga nelayan karena berada di lokasi yang sangat strategis, berada di pesisir perairan utara Papua yang berbatasan dengan Laut Pasifik. Dengan berbagai fasilitas itu menjadikan Kampung nelayan modern Samber-Binyeri sebagai penghasil tuna yang sangat potensial di kawasan Papua.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Meraih berkah tuna di kampung nelayan modern Samber-Binyeri