Manokwari (ANTARA) - Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat pada Kementerian Kesehatan RI Maria Endang Sumiwi mengajak Pemerintah Daerah di Provinsi Papua Barat dan berbagai pihak lainnya menyalurkan makanan bergizi atau bernutrisi kepada masyarakat yang mengalami kekurangan pangan guna mencegah kasus stunting atau kelambatan pertumbuhan pada anak-anak.
"Sebaiknya kita bisa mendorong implementasi yang bisa sampai ke masyarakat. Itu pekerjaan rumah kita bersama termasuk kami di Kemenkes supaya bisa mendorong yang dari sektor kesehatan ke arah sana. Lebih ke bekerja bersama lintas sektor," ujar Maria di Manokwari, Sabtu.
Dia menyebutkan bahwa biasanya orang sakit atau gizinya kurang yang mendapatkan penanganan dalam bidang kesehatan. Tetapi yang menjaga agar anak pertumbuhannya sesuai tidak sampai gizi kurang harus melibatkan peran lintas sektor.
Maria saat berbicara dalam acara Rapat Kerja Ikatan Alumni Jawa Timur se-Tanah Papua bertempat di Hotel Aston Niu Manokwari, menilai masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi dalam mengatasi masalah stunting. Salah satunya yaitu implementasi yang menyasar masyarakat dalam hal pemberian makanan bernutrisi.
Meskipun banyak dilakukan pertemuan koordinasi, evaluasi maupun mengecek data kesehatan masyarakat, tetapi jika makanan bernutrisi tidak sampai kepada bayi, balita, ibu hamil dan ibu menyusui, maka stunting tidak akan turun.
Dia mencontohkan makanan yang kaya akan protein di Provinsi Papua Barat seperti ikan tuna yang memiliki kandungan nutrisi tinggi, ketimbang ikan salmon.
Sayangnya, ikan tuna yang sangat berlimpah di Papua Barat itu kebanyakan tidak dikonsumsi anak-anak setempat.
Solusi pemberian bantuan untuk mencegah stunting, katanya, kurang tepat. Sebab dalam beberapa kasus, ada bantuan uang tunai yang diberikan kepada keluarga tetapi disalahgunakan seperti untuk membeli pulsa data, untuk kebutuhan rumah tangga lainnya.
Pemberian bantuan berupa makanan mentah juga dinilai tidak tepat jika tidak diawasi, maka kemungkinan untuk sampai ke sasaran penurunan stunting tidak akan terjadi.
"Maka dari itu yang kami sarankan adalah makan bersama karena di situ dapat dilihat anak yang diharapkan tidak mengalami stunting mendapatkan nutrisi yang cukup," jelasnya.
Maria mengusulkan ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan stunting. Salah satunya yaitu aksi bergizi dimana anak-anak SMP dan SMA yaitu setiap seminggu sekali diadakan senam dan dilanjutkan dengan olahraga bersama kemudian meminum tablet penambah darah.
Gerakan ini akan dimulai pekan depan di Cibinong, Bogor, Jawa Barat yang rencananya akan dihadiri Menteri Kesehatan.
"Saya berharap Ikaljatim bisa membuat hal serupa di Papua dan Papua Barat, misalnya memilih SMP dan SMA dengan menggelar gerakan serupa untuk mengurangi anemia pada remaja," usul Maria.
Tidak itu saja, Maria meminta para bupati termasuk jajaran Pemprov Papua Barat turun langsung meninjau puskesmas, juga sekolah untuk mengecek kehadiran ibu-ibu hamil maupun melihat adakah gerakan minum tablet penambah darah. Apalagi sudah ada edaran dari Kemendikbud dan Kemenag untuk aksi bergizi tersebut.
Ia berharap Pemda di Papua Barat memperhatikan kesejahteraan para kader Posyandu yang selama ini cukup aktif membantu para ibu hamil, ibu menyusui dan melakukan pendampingan pertumbuhan bayi dan balita.
"Padahal kita mengharapkan kader itu rajin. Kalau ada balita tidak datang, maunya mereka datang ke rumah tapi itu tidak didukung," ujarnya.
Agar kader Puskesmas semangat, Maria menyarankan diperlukan adanya Jambore Kader, sebagaimana yang sudah dilaksanakan di Maluku Utara, dimana kegiatan ini dilakukan bergiliran di tingkat kabupaten. Bahkan di Surabaya, Jawa Timur, kader posyandu mendapatkan seragam. Hal itu dinilainya bisa memacu semangat kader posyandu untuk lebih berperan aktif.
Gerakan penurunan dan pencegahan stunting, katanya, juga bisa dikampanyekan melalui media massa. Influencer media sosial seperti tiktok juga dapat diajak bekerja sama untuk menyebarkan pesan-pesan untuk mengingatkan masalah stunting.
"Yang terakhir ada gerakan makan bersama dimana posyandu digerakkan kepala desa supaya peduli dengan anak-anak di desa. Karena kita sempat kunjungi posyandu tapi disitu banyak anaknya tidak sesuai kurva (pertumbuhannya)," ujarnya.