Wasior, (Antaranews Papua Barat)- Kabupaten Teluk Wondama, terus berusaha menggenjot indeks pembangunan manusia (IPM) yang saat ini masih relatif rendah dibanding daerah lain di Papua Barat.
Bupati Teluk Wondama, Bernadus Imburi di Wasior, Rabu, mengatakan, IPM di daerah tersebut belum mencapai angka 60. Teluk Wondama tergolong daerah termiskin di wilayah Provinsi Papua Barat bahkan nasional.
"Berdasarkan data BPS tahun 2017, Wondama menempati peringkat kedua setelah Kabupaten Pegunungan Arfak sebagai daerah dengan jumlah penduduk miskin terbanyak," kata bupati.
Bernadus menekankan, Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan memfokuskan program kerjanya tahun 2019 pada peningkatan sumber daya manusia (SDM). Ketersedian guru dan tenaga kesehatan harus menjadi perhatian serius terutama di daerah pesisir dan pedalaman.
Ia menginginkan, guru dan tenaga medis tersebar secara merata dan dipastikan seluruh wilayah distrik terjangkau layanan.
“Dinas Pendidikan jangan bangun sekolah-sekolah terus. Lihat guru-guru itu dulu, lihat anak-anak sekolah. Dinas Kesehatan juga sama. Bangun pustu-pustu banyak tapi tidak ada suster di sana, sama juga, “ kata Imburi.
Berdasarkan data yang dirilis BPS, ada tiga dimensi permasalahan yang membuat daerah ini berada dalam kategori miskin.
Kepala BPS Teluk Wondama Constantinus Karel, belum lama ini mengungkapkan, tiga dimensi permasalahan tersebut adalah pendidikan, kesehatan dan ekonomi.
Pada bidang pendidikan, angka harapan lama sekolah (HLS) hanya 10,81 tahun. Rata-rata penduduk di Wondama hanya menempuh pendidikan hingga kelas 6 SD atau putus sekolah di kelas 1 SMP
Minimnya fasilitas pendidikan dan tenaga guru ditengarai menjadi salah satu penyebab fenomena tersebut.
“Untuk melanjutkan pendidikan ke SMP, SLTA dan perguruan tinggi harus keluar dari kampung karena tidak ada sekolah, “katanya.
Persoalan lain yang patut diperhatikan yakni, sulitnya akses transportasi dari dan menuju area pemukiman penduduk terutama di daerah terpencil. Rendahnya kesadaran orang tua terhadap pendidikan anak atau masa depan anak juga ikut memberi andil.
Pada dimensi kesehatan, usia harapan hidup (UHH) penduduk Teluk Wondama tahun 2017 tercatat 59,26 tahun. Di wilayah Papua Barat, UHH Teluk Wondama tergolong rendah dibanding daerah lain.
Menurutnya, beberapa aspek pokok yang menjadi penyebab adalah sarana atau fasilitas dan tenaga dokter yang masih terbatas. Angka kematian bayi tinggi, gizi buruk, ibu hamil yang sering sakit, persalinan yang tidak dibantu tenaga medis juga kurangnya pemberian ASI dan imunisasi.
“Masih banyak penduduk di Wondama masih mengonsumsi air yang tidak bersih atau tidak layak seperti air sungai/kali. Mencapai 60 persen (dari jumlah penduduk),"kata Karel.
Pada dimensi ekonomi, pendapatan masyarakat masih cukup rendah yang berdampak pada daya beli yang rendah. Juga masih rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan serta lapangan kerja terbatas.(*)