Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Papua (Unipa) meningkatkan kemampuan warga di Kabupaten Manokwari, Papua Barat, membudidayakan ikan lele menggunakan sistem aquaponik.
Ketua Tim Pengabdian kepada Masyarakat Unipa Doktor Thomas Frans Pattiasina di Manokwari, Rabu, mengatakan penerapan sistem aquaponik memberikan nilai tambah usaha budidaya lele dan lebih efisien dibanding sistem konvensional.
Teknik tersebut merupakan integrasi antara teknik aquakultur dan teknik budidaya tanaman sistem hidroponik, sehingga pelaku budidaya ikan lele memperoleh hasil ganda.
"Pelaku usaha bisa memanen ikan dan sayuran, sehingga produksi usaha budidaya ikan lele dan pendapatan usaha mereka meningkat," kata Doktor Thomas.
Dalam sistem aquaponik, kata dia, sayuran memanfaatkan nutrisi dari ikan sebagai pupuk alami dan air untuk pertumbuhan tanaman dialirkan kembali ke kolam ikan.
Kegiatan pelatihan tersebut melibatkan Kelompok Usaha Tani Petra di Kelurahan Amban sebagai mitra, dan nantinya akan menjadi contoh bagi masyarakat lainnya.
"Sistem aquaponik itu, ikan dipelihara bersama dengan tanaman sayuran yang tumbuh di media air yang sama," ucap dia.
Menurut dia ikan lele merupakan salah satu komoditas budidaya perikanan air tawar yang cukup potensial di Kabupaten Manokwari selain ikan nila dan ikan mas.
Pertumbuhan ikan lele yang cepat dengan harga jual di pasaran yang relatif tinggi menjadi faktor banyak pelaku usaha budidaya di Manokwari lebih tertarik memelihara ikan lele.
Thomas mengatakan budidaya ikan lele skala rumah tangga di Kelurahan Amban, sudah eksis sejak beberapa tahun terakhir namun belum membuahkan hasil yang maksimal.
Kondisi tersebut tidak terlepas dari keterbatasan pengetahuan dan penguasaan teknologi budidaya ikan lele oleh masing-masing pelaku usaha, sehingga membutuhkan pelatihan berkala.
"Jadi pelatihan itu tidak saja penerapan teknologi aquaponik tetapi soal pengelolaan keuangan usaha yang baik," ujar Thomas.
Ia menyebut program pemberdayaan berbasis masyarakat tahun 2024 dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi yang dilaksanakan LPPM Unipa dibagi dalam tiga tahap.
Tahap pertama meliputi teknik budidaya ikan lele dengan sistem aquaponik, pengelolaan keuangan usaha, dan keberlanjutan usaha yang melibatkan narasumber berkompeten.
Tahap kedua terdiri dari praktik pembuatan konstruksi wadah sistem aquaponik, pemilihan dan perhitungan padat tebar bibit ikan, pemberian pakan, pemeliharaan tanaman dan kontrol kualitas air.
Tahap ketiga adalah kegiatan pendampingan bagi pelaku usaha budidaya ikan lele, sehingga pelaksanaan program pemberdayaan berdampak positif terhadap tingkat produktivitas.
"Kegiatan pemberdayaan masyarakat meliputi tiga tahapan kegiatan yang sudah dimulai dari awal hingga akhir September 2024," jelas dia.
Sebagai informasi, Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Unipa yang terdiri dari Doktor Thomas Frans Pattiasina selaku ketua, dengan anggotanya yaitu Ludia Wambrauw, Doktor Insinyur Reymas M. R. Ruimassa, Doktor Yori Turu Toja, Wilson Palelingan Aman, dan Doktor Insinyur Alberth W. A. Remyaan.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024
Ketua Tim Pengabdian kepada Masyarakat Unipa Doktor Thomas Frans Pattiasina di Manokwari, Rabu, mengatakan penerapan sistem aquaponik memberikan nilai tambah usaha budidaya lele dan lebih efisien dibanding sistem konvensional.
Teknik tersebut merupakan integrasi antara teknik aquakultur dan teknik budidaya tanaman sistem hidroponik, sehingga pelaku budidaya ikan lele memperoleh hasil ganda.
"Pelaku usaha bisa memanen ikan dan sayuran, sehingga produksi usaha budidaya ikan lele dan pendapatan usaha mereka meningkat," kata Doktor Thomas.
Dalam sistem aquaponik, kata dia, sayuran memanfaatkan nutrisi dari ikan sebagai pupuk alami dan air untuk pertumbuhan tanaman dialirkan kembali ke kolam ikan.
Kegiatan pelatihan tersebut melibatkan Kelompok Usaha Tani Petra di Kelurahan Amban sebagai mitra, dan nantinya akan menjadi contoh bagi masyarakat lainnya.
"Sistem aquaponik itu, ikan dipelihara bersama dengan tanaman sayuran yang tumbuh di media air yang sama," ucap dia.
Menurut dia ikan lele merupakan salah satu komoditas budidaya perikanan air tawar yang cukup potensial di Kabupaten Manokwari selain ikan nila dan ikan mas.
Pertumbuhan ikan lele yang cepat dengan harga jual di pasaran yang relatif tinggi menjadi faktor banyak pelaku usaha budidaya di Manokwari lebih tertarik memelihara ikan lele.
Thomas mengatakan budidaya ikan lele skala rumah tangga di Kelurahan Amban, sudah eksis sejak beberapa tahun terakhir namun belum membuahkan hasil yang maksimal.
Kondisi tersebut tidak terlepas dari keterbatasan pengetahuan dan penguasaan teknologi budidaya ikan lele oleh masing-masing pelaku usaha, sehingga membutuhkan pelatihan berkala.
"Jadi pelatihan itu tidak saja penerapan teknologi aquaponik tetapi soal pengelolaan keuangan usaha yang baik," ujar Thomas.
Ia menyebut program pemberdayaan berbasis masyarakat tahun 2024 dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi yang dilaksanakan LPPM Unipa dibagi dalam tiga tahap.
Tahap pertama meliputi teknik budidaya ikan lele dengan sistem aquaponik, pengelolaan keuangan usaha, dan keberlanjutan usaha yang melibatkan narasumber berkompeten.
Tahap kedua terdiri dari praktik pembuatan konstruksi wadah sistem aquaponik, pemilihan dan perhitungan padat tebar bibit ikan, pemberian pakan, pemeliharaan tanaman dan kontrol kualitas air.
Tahap ketiga adalah kegiatan pendampingan bagi pelaku usaha budidaya ikan lele, sehingga pelaksanaan program pemberdayaan berdampak positif terhadap tingkat produktivitas.
"Kegiatan pemberdayaan masyarakat meliputi tiga tahapan kegiatan yang sudah dimulai dari awal hingga akhir September 2024," jelas dia.
Sebagai informasi, Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Unipa yang terdiri dari Doktor Thomas Frans Pattiasina selaku ketua, dengan anggotanya yaitu Ludia Wambrauw, Doktor Insinyur Reymas M. R. Ruimassa, Doktor Yori Turu Toja, Wilson Palelingan Aman, dan Doktor Insinyur Alberth W. A. Remyaan.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024