Dina Pendidikan Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat Daya pada tahun 2024 belum mengembangkan program Sekolah Sepanjang Hari (SSH) di 14 distrik lainnya yang tersebar di wilayah itu.
Kepala Disdik Sorsel, Hengki Gogoba, di Teminabuan, Kamis mengatakan anggaran yang disiapkan untuk pendidikan sekolah senilai Rp 10 miliar digunakan untuk melengkapi fasilitas penunjang lainnya di SSH.
"Untuk tahun ini kita belum mengembangkan SSH di 14 distrik, karena masih fokus di Distrik Konda dengan melengkapi sarana prasarana yang sebelumnya masih bersifat swadaya," ungkap Hengki.
Ia melanjutkan , program SSH yang dicanangkan ini sangat tepat untuk dikembangkan di seluruh tanah Papua.
"SSH ini semi asrama karena semua siswa yang sekolah di tempat itu, akan disiapkan makan, minum hingga pakaian, sehingga orang tua siswa tidak terlalu berpikir mengenai biaya pendidikan," jelas Hengki.
Ia mengatakan, berdesakan aturan orang tua siswa wajib mengantar anaknya ke sekolah setiap pukul 06.00 WIT, selanjutnya enam orang yang telah dipercayakan itu selanjutnya akan mengurus semua keperluan para siswa.
"Kita akan mengembangkan SSH dari wilayah Sawit hingga Kokoda Utara, namun karena keterbatasan biaya, maka belum dilakukan pengembangan," tegas Hengki.
Ia menjelaskan program SSH yang berlangsung di Distrik Konda itu melibatkan anak yang putus sekolah bersama siswa yang masih aktif bersekolah.
"Ada peningkatan yang sangat luar biasa, terdapat sejumlah siswa yang sebelumnya membacanya tidak bisa, kini sudah lancar, bahkan anak tersebut tahun ini sebagai salah satu peserta ujian," tutup Hengki.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kepala Disdik Sorsel: SSH belum dikembangkan di 14 distrik
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024
Kepala Disdik Sorsel, Hengki Gogoba, di Teminabuan, Kamis mengatakan anggaran yang disiapkan untuk pendidikan sekolah senilai Rp 10 miliar digunakan untuk melengkapi fasilitas penunjang lainnya di SSH.
"Untuk tahun ini kita belum mengembangkan SSH di 14 distrik, karena masih fokus di Distrik Konda dengan melengkapi sarana prasarana yang sebelumnya masih bersifat swadaya," ungkap Hengki.
Ia melanjutkan , program SSH yang dicanangkan ini sangat tepat untuk dikembangkan di seluruh tanah Papua.
"SSH ini semi asrama karena semua siswa yang sekolah di tempat itu, akan disiapkan makan, minum hingga pakaian, sehingga orang tua siswa tidak terlalu berpikir mengenai biaya pendidikan," jelas Hengki.
Ia mengatakan, berdesakan aturan orang tua siswa wajib mengantar anaknya ke sekolah setiap pukul 06.00 WIT, selanjutnya enam orang yang telah dipercayakan itu selanjutnya akan mengurus semua keperluan para siswa.
"Kita akan mengembangkan SSH dari wilayah Sawit hingga Kokoda Utara, namun karena keterbatasan biaya, maka belum dilakukan pengembangan," tegas Hengki.
Ia menjelaskan program SSH yang berlangsung di Distrik Konda itu melibatkan anak yang putus sekolah bersama siswa yang masih aktif bersekolah.
"Ada peningkatan yang sangat luar biasa, terdapat sejumlah siswa yang sebelumnya membacanya tidak bisa, kini sudah lancar, bahkan anak tersebut tahun ini sebagai salah satu peserta ujian," tutup Hengki.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kepala Disdik Sorsel: SSH belum dikembangkan di 14 distrik
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024