Karantina Pertanian Sorong mengadakan seminar lokal hasil pemantauan daerah sebar hama dan penyakit hewan karantina (HPHK) Tahun 2022 yang fokus pada Avian Influenza atau yang dikenal dengan Flu Burung.

Kegiatan dipusatkan di Kota Sorong, Kamis, diadakan secara luring dan daring dihadiri langsung oleh otoritas yang dibedah, yaitu dari Dinas Pertanian Kota Sorong, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Sorong, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kaimana, dan Dinas Pertanian Kabupaten Raja Ampat.

Selain itu, dihadiri juga mitra kerja dari Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu Sorong, Kantor Kesehatan Pelabuhan Sorong, PT Pelni, dan PT Lintas Megantara.

Kepala Karantina Pertanian Sorong, I Wayan Kertanegara mengatakan bahwa provinsi Papua Barat memiliki banyak potensi di bidang peternakan sehingga pemantauan daerah sebar HPHK ini menjadi salah satu upaya untuk memperkuat bidang peternakan terutama di wilayah Sorong Raya.

Dikatakan bahwa pemantauan daerah sebar HPHK merupakan kegiatan rutin yang diadakan oleh Badan Karantina Pertanian. Pemantauan dilaksanakan oleh pejabat fungsional karantina hewan di masing-masing wilayah Karantina Pertanian.

I Wayan berharap hasil dari seminar ini dapat menjadi atensi prioritas dalam meningkatkan peternakan di wilayah Sorong Raya. Ia juga menyatakan siap untuk selalu berkolaborasi dan bersinergi dalam menjaga wilayah Sorong Raya dari ancaman HPHK dan OPTK.

Proyeksi ke depan, hasil surveilans dapat dijadikan dasar rujukan untuk penentuan status bebas terhadap Penyakit Avian Influenza bagi Provinsi Papua Barat, setelah terlebih dulu Provinsi Papua dinyatakan bebas Avian Influenza pada 2017 (Permentan 600 Tahun 2017).

Penanggung Jawab Pemantauan Dokter Hewan, Kristiyani Dwi menyampaikan bahwa pemilihan penyakit Avian Influenza atau flu burung berdasarkan kepada data aplikasi IQFAST. Dimana frekuensi aktivitas transit dan bongkar unggas di Wilayah Kerja Karantina Pertanian Sorong sangat tinggi.

"Total frekuensi sebanyak 2.583 kali bongkar muat unggas di empat kabupaten dan kota yang di dedah Sorong Raya," ujarnya.

Berdasarkan data sampling dan pengujian dengan teknik hemaglutinasi (HA) dan hemaglutinasi inhibisi (HI), populasi unggas di Kota Sorong, Kabupaten Fakfak, Kaimana, dan Raja Ampat dinyatakan seronegatif atau dengan kata lain prevalensi/angka kejadian penyakit flu burung sebesar 0,00 persen.

Seminar tersebut juga turut mendatangkan seorang narasumber dari Loka Veteriner Jayapura, dokter hewan Nicolas Yarisetouw. Dia menyampaikan dukungan Loka Veteriner Jayapura dalam Upaya Pemantauan dan Pengamatan Penyakit Hewan Menular.

Ia menyampaikan bahwa pengamatan merupakan tugas bersama dan penting untuk dilakukan. Peningkatan pengamatan penyakit hewan mampu mendeteksi dini dan memberikan respon yang cepat, hal tersebut juga didukung dengan pengetatan syarat teknis, pengujian dan juga status dari wilayah terhadap suatu penyakit hewan.

Pewarta: Ernes Broning Kakisina

Editor : Evarianus Supar


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2022