Bupati Kabupaten Pegunungan Arfak (Pegaf) Papua Barat, Yosias Saroi, menyatakan bandar udara Anggi segera diaktifkan untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah ini.

"Kami sedang bangun komunikasi dengan maskapai yang mengoperasikan pesawat jenis ATR agar dapat melayani masyarakat Pegaf," kata Bupati Yosias Saroi di Manokwari, Minggu.
 
Bupati mengatakan bahwa peningkatan bandara Anggi dari 700 meter menjadi 1500 meter merupakan salah satu janji Presiden Jokowi di hadapan masyarakat Pegaf pada Oktober 2019 lalu.
 
"Peningkatan landasan pacu dan pembangunan terminal penumpang bandara Anggi dibangun sejak 2020 oleh Kementerian Perhubungan bersamaan dengan Bandara Rendani Manokwari dan Bandara Siboru Fakfak," ujar Bupati.
 
Bupati berharap dengan dibukanya akses transportasi udara, dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sektor pertanian dan pariwisata pegunungan yang selama belum maksimal karena keterbatasan akses.
 
"Pegunungan Arfak tidak punya laut untuk disinggahi kapal, oleh karena itu pertumbuhan ekonomi masyarakat sangat bergantung pada akses darat dan udara," ujarnya.
 
Bupati Yosias Saroi juga mengutarakan harapannya kepada perhatian pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR agar membantu Pemda Pegaf dalam percepatan pembangunan akses jalan dan jembatan, sebagaimana janji Presiden Jokowi.
 
"Janji Presiden tentang perpanjangan landasan pacu dan terminal sudah terjawab, dan kami masih menunggu pembangunan jalan dan jembatan yang hingga kini belum sepenuhnya diaspal," ujar Bupati.
 
Diketahui para petani sayur dan buah asal kabupaten Pegaf mengeluhkan sulitnya memasarkan hasil produksi mereka. Kendala utama, yakni akses dan biaya transportasi yang mahal untuk mengangkut hasil pertanian dari daerah itu ke kabupaten sekitar.
 
Lidia Wonggor, pedagang sayur asal kabupaten Pegaf mengatakan, hasil pertanian Pegaf cukup tinggi karena hampir sebagian besar warga di daerah itu memanfaatkan lahan pekarangan untuk menanam sayur dan buah-buahan.
 
"Hasil pertanian sayur dan buah banyak, tapi kami kesulitan untuk menjualnya di Pegaf karena sepi pembeli. Hampir semua warga punya kebun sayur dan buah di pekarangan rumah," kata Lidia.
 
Dengan kondisi itu, kata Lidia, sebagian petani dari Pegaf memilih untuk menjual hasil pertanian mereka ke Kabupaten Manokwari dengan mengeluarkan ongkos kendaraan mulai dari Rp500.000 hingga Rp1.000.000.
 
"Satu karung sayur atau buah dikenakan biaya Rp50 ribu sampai Rp100 ribu, sedangkan (penumpang) dikenakan tarif Rp100 ribu per orang, Jadi bila ditotal bisa mencapai Rp500 ribu untuk sekali perjalanan pulang pergi (PP) Pegaf-Manokwari," katanya.
 

Pewarta: Hans Arnold Kapisa

Editor : Evarianus Supar


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2022