Manokwari, (Antaranews Papua Barat)-Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, prosentase angka kemiskinan di Provinsi Papua Barat masih menduduki rangking kedua tertinggi secara nasional.

Kepala BPS Provinsi Papua Barat, Endang Retro Subiandini di Manokwari, Senin, menyebutkan jumlah penduduk miskin tahun 2018 di daerah tersebut terjadi peningkatan dari 2017

"Penduduk miskin di Papua Barat saat ini sebanyak 214.470 jiwa, sedangkan hasil sensus pada September 2017 berjumlah 212.860 jiwa. Mengalami peningkatan, menjadi 23,01 persen dari total jumlah penduduk,"kata Retno.

Dia menjelaskan, jumlah penduduk miskin di wilayah pedesaan lebih besar dibanding perkotaan. Persentase penduduk miskin di perkotaan pada September 2017 sebesar 5,16 persen turun menjadi 5,10 persen pada Maret 2018. Sementara persentase penduduk miskin di pedesan pada September 2017 sebesar 35,12 persen naik menjadi 35,31 persen pada Maret 2018.

Secara prosentase, lanjut Endang, posisi Papua Barat belum berubah yakni berada pada urutan dua jumlah penduduk termiskin di Indonesia. Peringkat pertama pun masih ditempati Provinsi Papua.

Dari pendataan yang dilakukan BPS, peningkatan ini dipicu oleh kenaikan harga barang kebutuhan pokok sebagai dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

"Selama periode September 2017 sampai dengan Maret 2018, jumlah penduduk miskin di daerah perkotan naik sebanyak 0,31 persen, di pedesaan juga naik 1.310 jiwa,’’ujarnya lagi.

Ia mengemukakan, komoditas makanan memiliki andil besar terhadap garis kemiskinan, bahkan jauh lebih besar dari komoditaa non makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. 

Di perkotaan, lanjut Retno, makanan menyumbang 72,29 persen dalam pembentukan kemiskinan. Di pedesaan lebih tinggi, yakni 80,58 persen.

"Pada bulan Maret 2018, komoditi beras dan rokok filter memiliki share tertinggi terhadap pembentukan garis kemiskinan baik di daerah pedesaan maupun perkotaan. Share komoditi beras terhadap pembentukan garis kemiskinan wilayah perkotaan sebesar 19,54 persen dan 20,56 persen untuk wilayah pedesaan. Untuk komoditi rokok filter memiliki share 8,15 persen di perkotaan dan 14,64 persen di pedesaan," paparnya lagi.(*)

Pewarta: Toyiban

Editor : Key Tokan A


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2018