Direktur Pencegahan Badan Nasional Pencegahan Terorisme (BNPT), Prof. Irfan Idris, di Sorong, Jumat, menyebut paham radikal dan terorisme mudah menyebar di kalangan masyarakat yang berdampak terhadap kerukunan masyarakat.
"Paham terorisme maupun radikalisme hadir di tengah masyarakat yang belum matang dalam mempelajari ilmu keagamaan, sehingga dengan paham setengah-setengah inilah memunculkan sikap mencurigai, tidak saling menghargai, maupun membenci yang nantinya berujung pada munculnya tindakan fatal yang merugikan orang lain," kata Irfan Idris.
Stempel terorisme ataupun radikalisme itu tidak hanya ke satu agama atau etnis tertentu saja, melainkan dapat terjadi pada kalangan manapun.
"Karena kebetulan di Indonesia kita yang Muslim lebih banyak dan beberapa kejadian juga dilakukan oleh oknum maka tendensinya ya seperti itu. Kalau di negara lain pelakunya sesuai dengan mayoritas di sana, seperti di India, di Amerika, maka gambarannya seperti itu" ujarnya.
"Karena kebetulan di Indonesia kita yang Muslim lebih banyak dan beberapa kejadian juga dilakukan oleh oknum maka tendensinya ya seperti itu. Kalau di negara lain pelakunya sesuai dengan mayoritas di sana, seperti di India, di Amerika, maka gambarannya seperti itu" ujarnya.
Pentingnya pembentukan FKTP sebagai wadah yang nantinya berperan untuk menangkal paham radikal dan terorisme sehingga tidak menyebar luas di Provinsi Papua Barat Daya.
BNPT menggelar rapat pra-tinjau pembentukan FKTP di Kota Sorong, Papua Barat Daya pada 24-27 September 2024 dengan menggandeng pemerintah daerah dan seluruh tokoh masyarakat.
Kepala Badan Kesbagpol Papua Barat Daya Sellvyana Sangkek mengapresiasi langkah BNPT dengan menggelar pra-tinjau pembentukan FKPT di Papua Barat Daya.
Kelembagaan FKPT hadir untuk mencegah dan mengedukasi warga khususnya generasi muda agar tidak mudah terpapar oleh paham radikal maupun teroris.
"Kami berharap FKPT yang dibentuk akan memberi peran lebih penting kepada masyarakat," ujar dia.