Sorong (ANTARA) - Bandara Domine Eduard Osok (DEO) Sorong membuka program angkutan udara perintis penumpang dan kargo di Provinsi Papua Barat Daya (PBD) sebagai upaya membuka konektivitas antar-wilayah terpencil dan sekaligus mengoptimalkan komoditas untuk diekspor melalui Bandara DEO.
Kepala Bandara DEO Sorong, Cece Tarya di Sorong, Rabu, menjelaskan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Kementerian Perhubungan Dirjen Perhubungan Udara, Bandara DEO dijadikan sebagai hub untuk kargo sehingga bandara ini memiliki kesempatan untuk bisa mengangkut komoditas-komoditas yang ada di Papua Barat Daya kemudian dikirim ke dalam dan luar negeri.
"Kenapa? Karena saat ini data menunjukkan di kargo kami setiap hari tidak kurang dari satu ton ada produk yang diekspor ke Singapura," jelas dia.
Kendalanya adalah, di Papua Barat Daya belum siap terkait dengan administratif sumber komoditas ini dan belum ada fasilitas untuk uji mutunya sehingga tidak bisa mengeluarkan sertifikat original dari produk itu.
"Akhirnya yang punya nama baik itu ada di Surabaya dan Jakarta," kata dia.
Ini, kata dia, butuh kolaborasi lintas instansi guna mengoptimalkan potensi komoditas yang ada di Papua Barat Daya karena fasilitas untuk mengangkut produk itu telah disiapkan.
"Kami siap membantu potensi pasarnya, kemudian pemerintah daerah menyiapkan ketersediaan komoditas yang dibutuhkan secara berkesinambungan," ujarnya.
Berkaitan dengan itu, Manajemen Bandara DEO Sorong melakukan pertemuan dengan Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya, kabupaten kota dalam rangka membahas strategi dan dukungan data komoditas di setiap wilayah untuk mendukung optimalisasi potensi komoditas yang nantinya bisa diekspor melalui angkutan udara perintis kargo.
"Anggaran subsidi tahun ini untuk program keperintisan sebesar Rp14 miliar dan tahun depan akan meningkat menjadi Rp26 miliar dengan penambahan frekuensi dan penambahan rute khusus untuk subsidi kargo" katanya.
Merajut konektivitas antar-wilayah ini bukan hanya menjadi tanggung jawab Bandara DEO Sorong, tetapi harus bersama pemerintah daerah dengan alokasi anggaran subsidi yang telah disediakan.
"Jadi pemerintah daerah harus memastikan komoditas itu bisa menjawab kebutuhan dan bisa diangkut melalui kargo sehingga akan terjadi keseimbangan harga, ada disparitas harga di Provinsi Papua Barat Daya," kata dia.
Sesuai dengan perencanaan realisasi program angkutan udara perintis penumpang dan kargo 2025 yang disusun Manajemen Bandara DEO Sorong, terdapat tujuh rute yang akan dibuka, terdiri atas Sorong-Ayawasi (PP) 2X/Minggu, Sorong-Inanwatan (PP) 3X/Minggu, Sorong-Teminabuan (PP) 3X/Minggu, Sorong-Kabare (PP) 3X/Minggu, Kabare-Marinda (PP) 3X/Minggu, Teminabuan-Inanwatan (PP) 2X/Minggu, Sorong-Kebar (PP) 2X/Minggu.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Bandara DEO buka angkutan udara perintis penumpang dan kargo di PBD