Wasior, (Antara)- Pemerintah Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, akan mengagendakan kegiatam festival suling tambur dan paduan suara untuk melestarikan dan mengangkat budaya daerah.
Wakil Bupati Teluk Wondama Paulus Y Indubri di Wasior, Sabtu, mengutarakan, perlu langkah nyata untuk menjaga kesenian suling bambu atau suling tambur tetap lestari.
Dia mengutarakan, suling tambur bukan kesenian asli Wondama. Meskipun demikian, budaya tersebut sudah menjadi bagian daerah tersebut.
"Hampir dalam setiap kesempatan, suling tambur selalu ditampilkan sebagai bagian dari pertunjukkan budaya," katanya.
Budaya tersebut kini terancam tinggal nama karena kesenian daerah ini sudah kurang digemari terutama di kalangan generasi muda. Wabup Indubri kuatir sekaligus prihatin dengan nasib suling tambur yang sekarang sudah mulai ditinggalkan anak muda Wondama
“Mulai tahun depan kita adakan festival paduan suara dan suling bambu. Coba lihat, sekarang ini yang main suling bambu itu orang tua semua, tidak ada lagi anak muda. Lama-lama kesenian itu bisa hilang, “ kata Indubri sewaktu membuka kegiatan, baru-baru ini.
Indubri menegaskan, suling tambur sebagai bagian dari tradisi dan kekayaan budaya orang Wondama tidak boleh sampai hilang ditelan jaman. Pemda bersama semua pihak di Wondama berkewajiban menjaga kesenian daerah itu agar tetap abadi.
“Bukan hanya tahu main tetapi bagaimana membuat suling, mulai dari memilih bambu, itu ada caranya sendiri. Ini yang perlu dijaga, tahun depan festival budaya harus jalan, “ tandas Indubri.
Sebelumnya, Asisten Sekda Bidang Pemerintahan Jack RCH. Ayamiseba mendorong agar kesenian suling tambur dimasukan sebagai muatan lokal (mulok) di sekolah di Wondama.(*)