Manokwari (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Papua Barat menyebut program intervensi penanganan masalah balita gagal tumbuh akibat kurang gizi atau stunting di Kabupaten Manokwari, menjadi contoh dan dapat diadopsi oleh kabupaten lainnya pada provinsi tersebut.
Kepala Perwakilan BKKBN Papua Barat Philmona Maria Yarollo di Manokwari, Rabu, mengatakan prevalensi stunting Manokwari mengalami penurunan yang signifikan mulai Februari-Agustus 2023 menjadi 11,72 persen.
Hal ini sejalan dengan program kolaborasi untuk memperbaiki asupan gizi balita stunting yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah setempat.
"Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 prevalensi stunting Manokwari 36,60 persen tapi sekarang turun signifikan," kata Philmona.
Selain itu, kata dia, Pemerintah Kabupaten Manokwari bersama Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) telah melakukan validasi data balita stunting dan wasting.
Validasi data tersebut dilakukan melalui mekanisme penimbangan dan pengukuran ulang seluruh balita, terutama balita yang didiagnosa stunting.
"Validasi data perlu dilakukan supaya pelaksanaan program intervensi lebih tepat dan efektif," ucap Philmona.
Ia mengingatkan agar pemerintah kabupaten memberikan pendampingan terhadap pelaksanaan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 di Papua Barat.
Ada 136 tenaga enumerator yang mengumpulkan data kesehatan termasuk prevalensi balita stunting pada tujuh kabupaten.
"Pendampingan bagi tenaga enumerator supaya proses pengumpulan data kesehatan dilakukan dengan baik," ucap Philmona.
Sekretaris Daerah Kabupaten Manokwari Henri Sembiring menjelaskan, dari 5.326 balita yang dilakukan pengukuran dan penimbangan, diketahui penderita stunting ada 669 balita atau 12,56 persen pada Februari 2023.
Pemerintah kabupaten berupaya menekan prevalensi stunting melalui berbagai macam program intervensi yang dilakukan secara masif.
"Penurunan ini berkat sinergi kolaborasi tim medis kabupaten maupun provinsi dengan elemen lainnya," ujar Sembiring.
Ia melanjutkan pemerintah daerah kemudian melakukan validasi data Elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGM) bersama pihak Puskesmas yang tersebar pada sembilan distrik di Manokwari, sekaligus merumuskan strategi intervensi.
Pemberian makanan bergizi anak stunting secara rutin diikuti dengan pengukuran dan penimbangan ulang, membuahkan hasil positif.
Data E-PPGM menunjukkan prevalensi stunting mengalami penurunan menjadi 12,56 persen pada Februari 2023 dan terus menurun hingga 11,22 persen pada Agustus 2023.
"Jumlah balita stunting turun menjadi 392 balita atau 11,12 persen dengan total pengukuran dan pemeriksaan balita sebanyak 3.493 balita," ujar Henri.
BKKBN: Penanganan stunting di Manokwari jadi contoh kabupaten lain
Rabu, 13 September 2023 21:05 WIB