Petugas Pos Pengamatan Gunung Ili Lewotolok Yeremias Kristianto Pugel mengatakan erupsi itu terjadi pukul 16.39 WITA dengan kolom abu mengarah ke tenggara.
"Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 35,6 milimeter dan durasi 67 detik," ujarnya dalam laporan yang diterima di Jakarta, Senin.
Yeremias mengimbau masyarakat untuk tidak memasuki dan tidak melakukan aktivitas di dalam wilayah radius dua kilometer dari pusat aktivitas vulkanik.
Sedangkan, bagi masyarakat yang berada di Desa Lamawolo, Desa Lamatokan, dan Desa Jontona agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya dari guguran maupun longsoran lava dan awan panas dari bagian timur kawah Gunung Ili Lewotolok.
Menurut dia, untuk menghindari gangguan pernapasan maupun gangguan kesehatan lainnya yang disebabkan oleh abu vulkanik, maka masyarakat dapat menggunakan masker pelindung mulut dan hidung serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit.
"Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah atau aliran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Ili Lewotolok agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan," pungkas Yeremias.
Berdasarkan pengamatan kegempaan yang dilakukan oleh PVMBG pada periode pukul 00.00 hingga 24.00 WITA, 18 Februari 2024, Gunung Ili Lewotolok tercatat mengalami tujuh kali gempa letusan.
PVMBG juga mencatat ada 314 kali gempa hembusan, 3 kali gempa tremor non-harmonik, 1 kali gempa vulkanik dalam, dan 2 kali gempa tektonik jauh.
Gunung Ili Lewotolok adalah gunung berapi stratovolcano yang terletak di bagian utara Pulau Lembata, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Gunung api itu memiliki ketinggian 1.423 meter atau 4.669 kaki di atas permukaan laut. Puncak gunung memiliki kawah besar menyerupai kaldera berbentuk bulan sabit yang disebut Metong Lamataro oleh penduduk setempat.
Yeremias mengimbau masyarakat untuk tidak memasuki dan tidak melakukan aktivitas di dalam wilayah radius dua kilometer dari pusat aktivitas vulkanik.
Sedangkan, bagi masyarakat yang berada di Desa Lamawolo, Desa Lamatokan, dan Desa Jontona agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya dari guguran maupun longsoran lava dan awan panas dari bagian timur kawah Gunung Ili Lewotolok.
Menurut dia, untuk menghindari gangguan pernapasan maupun gangguan kesehatan lainnya yang disebabkan oleh abu vulkanik, maka masyarakat dapat menggunakan masker pelindung mulut dan hidung serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit.
"Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah atau aliran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Ili Lewotolok agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan," pungkas Yeremias.
Berdasarkan pengamatan kegempaan yang dilakukan oleh PVMBG pada periode pukul 00.00 hingga 24.00 WITA, 18 Februari 2024, Gunung Ili Lewotolok tercatat mengalami tujuh kali gempa letusan.
PVMBG juga mencatat ada 314 kali gempa hembusan, 3 kali gempa tremor non-harmonik, 1 kali gempa vulkanik dalam, dan 2 kali gempa tektonik jauh.
Gunung Ili Lewotolok adalah gunung berapi stratovolcano yang terletak di bagian utara Pulau Lembata, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Gunung api itu memiliki ketinggian 1.423 meter atau 4.669 kaki di atas permukaan laut. Puncak gunung memiliki kawah besar menyerupai kaldera berbentuk bulan sabit yang disebut Metong Lamataro oleh penduduk setempat.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Gunung Ili Lewotolok erupsi semburkan abu setinggi satu kilometer