Manokwari (ANTARA) -
Ketua HNSI Papua Barat Ferry Michael D Auparay di Manokwari, Kamis, mengatakan dua agenda penting yang dihadiri oleh delegasi dari sejumlah negara itu harus ditangkap sebagai peluang pasar nasional dan internasional guna melirik potensi sumber daya alam, terutama di sektor perikanan Papua Barat.
"Merupakan suatu kehormatan bagi kami pemuda Papua Barat ketika daerah ini terpilih menjadi tuan rumah penyelenggaraan Y20 dan W20. Semua pihak terutama pengusaha asli Papua harus menyambut event ini sebagai satu peluang," kata Ferry.
Dia menyebutkan pertemuan Y20 merupakan wadah konsultasi resmi bagi para pemuda dari seluruh negara anggota G20 untuk dapat saling berdialog.
Ajang tersebut, katanya, hendaknya mendorong para pemuda sebagai pemimpin masa depan untuk meningkatkan kesadaran terhadap permasalahan global, bertukar ide dan argumentasi, melakukan negosiasi hingga mencapai konsesus.
Ferry menyebut potensi sumber daya perikanan dan pariwisata yang dimiliki Papua Barat sangat luar biasa, namun sejauh ini yang mulai dikelola masih terbatas di Raja Ampat.
"Para pengusaha asli Papua mari bergerak maju, sambut berbagai program afirmatif oleh negara sebagai modal awal mengelola potensi perikanan dan pariwisata secara mandiri," ajak pria kelahiran Ansus, Kabupaten Kepulauan Yapen, 9 Juni 1969 ini.
Tema penyelenggaraan Y20 yakni 'keberagaman dan Inklusi', katanya, hendaknya mendorong para pemuda setempat untuk meningkatkan usaha ekonomi kreatif melalui pembentukan kelompok-kelompok nelayan, pembenahan sistem koperasi, hingga sistem pemasaran yang profesional sesuai dengan perkembangan saat ini.
"Konsep ini tidak muluk-muluk, cukup membentuk sistem pemasaran profesional dan mendukung program pemerintah pusat, salah satunya penetapan Kabupaten Biak di Provinsi Papua sebagai pelabuhan ekespor perikanan Asia Tenggara dan dunia," ucapnya.
Agar hal itu bisa terealisasi, katanya, dibutuhkan peran aktif Pemda melalui dinas perikanan dan kelautan serta instansi teknis dalam merumuskan program kerja pro rakyat untuk peningkatan sumber daya ekonomi dan peningkatan kualitas generasi muda Papua.
Dia juga menantang para generasi muda dan perempuan asli Papua agar bersiap diri menghadapi kondisi kemajuan global, karena tanpa disadari saat ini kita semua sudah masuk pada zamanteknologi global.
Ferry juga mengharapkan melalui pertemuan W20 dapat mendorong pemberdayaan perempuan, khusus mama-mama Papua dalam setiap program pembangunan dan dunia bisnis tanpa diskriminasi.
Sesuai data BPS 2021, sekitar 47,35 persen penduduk Papua Barat meruipakan perempuan, dimana 33,18 persen dari jumlah itu berada dalam kategori usia produktif.
Masih mengacu pada data BPS 2021 itu, persentase kalangan orang muda (usia 15-30 tahun) di Papua Barat mencapai sekitar 28,77 persen dari jumlah penduduk.
"Potensi demografi ini merupakan kekuatan sekaligus tantangan bagi kita semua dalam pembangunan di Papua Barat," ujarnya.