Manokwari,(Antaranews Papua Barat)-Eksploitasi penambangan emas berskala besar oleh sebuah perusahaan yang akan berlangsung di wilayah Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, dinilai menjadi ancaman baru bagi pengembangan Taman Nasional Teluk Cenderawasih

"Dampak terburuk yang sangat mungkin terjadi adalah mutasi genetik masyarakat Teluk Wondama, bahkan daerah lain yang mendapat pasokan ikan dari sana," kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih (BBTNTC) Ben G Saroy di Manokwari, Senin.

Ben berharap, jika perusahaan serius ingin melaksanakan penambangan di kawasan tersebut wajib memperhatikan aspek keberlanjutan ekologi serta budaya masyarakat. Ia tak ingin perusaahan membuang limbah ke laut.

"Dalam penambangan emas, tentu akan menggunakan bahan merkuri. Kalau limbahnya dibuang ke laut sudah pasti akan masuk ke rantai makanan," katanya.

Jika bahan merkuri masuk ke laut, lanjutnya, plankton adalah rantai pertama yang menyambut bahan berbahaya tersebut. Selanjutnya, ikan besar hingga ikan kecil akan memakan plankton.

"Berikutnya manusia akan memakan ikan. Ini bisa berdampak buruk bagi tubuh manusia," katanya.

Menurutnya, Indonesia terutama Teluk Wondama harus belajar dengan kasus di Kota Minamata, Jepang. Pencemaran Merkuri merusak regenerasi atau populasi penduduk di kota tersebut.

"Dampak pencemaran merkuri akan nampak pada 10 hingga 20 tahun kedepan. Bayi lahir dalam kondisi kebutaan, cacat permanen dan penyakit lainya," ujarnya.

Sebuah perusahaan pertambangan dari Jakarta yakni PT Abisha Bumi Persada berencana melakukan ekploitasi emas di lahan seluas 23 ribu hektare lebih yang membentang di tiga distrik Teluk Wondama. Tiga distrik tersebut yakni Naikere, Kuriwamesa dan Rasie.

Belum lama ini, perusahaan tersebut telah melakukan sosialisasi analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal) yang dihadiri bupati dan Kapolres Teluk Wondama.

Ben berpandangan, aspek dampak lingkungan harus menjadi perhatian khusus sebelum eksploitasi dimulai.

"Limbah tidak boleh dibuang ke laut, harus menggunakan sistem spiteng dalam membuang limbah," katanya.

Ia juga berharap, pemerintah daerah baik kabupaten maupun provinsi memiliki tim Amdal yang bagus. Sehingga mereka mampu mendorong kepentingan daerah dan masyarakat pada Amdal.

Kawasan TNTC memiliki potensi besar pariwisata dan perikanan. Kehadiran perusahaan tambang tersebut bertolak belakang dengan semangat pengembangan pariwisata di daerah ini.

"Wisatawan tentu takut datang kalau isu pencemaran merkuri terjadi di daerah ini. Untuk itu, ini harus dipertimbangkan secara baik," pungkasnya. [*]

Pewarta: Toyiban

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2018