Wasior (Antaranews Papua Barat)-Tinggal di wilayah terpencil yang jauh dari jangkauan membuat warga Kampung Muri, Distrik Yamor, Kabupaten Kaimana, Papua Barat jarang mendapat layanan kesehatan.

Di daerah lain biasanya kelangkaan terjadi pada komoditas makanan, namun bagi Kampung Muri kelangkaan terjadi pada layanan kesehatan yang semestinya dilakukan pemerintah daerah.

Terbukti anak-anak setempat dari balita hingga usia sekolah dasar, sama sekali belum pernah mendapatkan pelayanan imunisasi campak. Di daerah lain layanan tersebut sangat mudah di dapat.

Hal itu terungkap saat tim kesehatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Wondama memberi layanan pengobatan massal bagi warga Kampung Muri, baru-baru ini.

Pengobatan massal itu merupakan bagian dari bakti sosial yang digelar komunitas motor Wondama Trail Club (WTC) ke kampung yang berada di perbatasan Kabupaten Kaimana dengan Kabupaten Teluk Wondama tersebut.

Hanok Waprak selaku ketua tim pelayanan kesehatan di Kampung Muri menuturkan, pihaknya langsung memberikan imunisasi campak begitu mengetahui anak-anak setempat sama sekali belum mendapatkan imunisasi.

"Kami juga berikan imunisasi untuk anak-anak. Karena kita takut jangan sampai seperti di (Kabupaten) Asmat, anak-anak ini bisa kena campak. Jadi lebih bagus kita berikan pencegahan daripada mereka sampai kena, " kata Waprak yang merupakan Kabid P2M Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Wondama.

Kepala Kampung Muri Jitro Samiata membenarkan warganya termasuk anak-anak sangat jarang mendapat layanan kesehatan.

Di kampung berpenduduk 116 jiwa ini sebenarnya sudah tersedia Puskesmas Pembantu, namun pelayanan kesehatan tidak berjalan karena petugas medis tidak pernah berada di tempat.

"Paling datang (tim kesehatan) satu kali satu tahun. Jadi di sini banyak anak-anak meninggal sewaktu dilahirkan. Banyak ibu-ibu juga tidak bisa punya anak, tidak tahu kenapa bisa seperti itu," ujar Jitro.

Dari hasil pemeriksaan tim kesehatan, didapatkan satu warga Muri positif menderita filariasis atau penyakit kaki gajah. Sementara tiga orang lain menderita frambosia yakni luka menahun yang tak kunjung sembuh. Dalam bahasa lokal penyakit jenis ini dikenal dengan sebutan "boba".

"Dari hasil pemeriksaan malaria di sini malah tidak ditemukan malaria. Kebanyakan penyakit kulit seperti Kaskadu (kulit korengan dan bersisik putih)," imbuh Waprak. (*)

Pewarta: Zack Tonu Bala

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2018