Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Papua Barat menginisiasi penggunaan pupuk organik berbasis Microbacter Alfaafa-11 (MA-11) untuk meningkatkan produksi tanaman cabai di Kabupaten Manokwari.

Hal itu ditandai dengan gerakan tanam perdana cabai organik pada lahan milik Kelompok Tani (Poktan) Eka Bakti yang terletak di Kelurahan Sumber Boga, Distrik Masni, Manokwari, Senin.

Kepala BI Papua Barat Setian mengatakan, penerapan praktik pertanian baik melalui penggunaan pupuk organik merupakan upaya untuk menjaga keseimbangan unsur hara dalam tanah.

Proses pembuatan pupuk organik dengan memanfaatkan bahan baku yang mudah diperoleh, menjadi salah satu solusi dalam mengatasi keterbatasan pupuk kimia bersubsidi dari pemerintah.

"Manfaat lain dari pupuk organik, produktivitas pertanian mengalami peningkatan dan lebih berkualitas," ucap Setian.

Menurut dia penggunaan pupuk organik terbukti efektif meningkatkan produktivitas tanaman pertanian di sejumlah daerah, namun perlu didukung dengan ketersediaan air dan cuaca yang stabil.

Ke depannya, Bank Indonesia akan terus berkoordinasi dengan Poktan Eka Bakti guna mengetahui perkembangan terhadap tanaman cabai setelah menggunakan pupuk organik MA-11.

"Kalau poktan ada kendala, segera informasikan kepada kami supaya dicarikan solusi bersama. Makanya, penting sekali kolaborasi dan sinergi," ujar Setian.

Setian berharap gerakan perdana tanam cabai menggunakan pupuk organik berbasis MA-11, dapat diadopsi oleh kelompok tani lainnya yang tersebar di seluruh wilayah Papua Barat.

Terobosan tersebut akan memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan produksi cabai di Manokwari, sehingga pengendalian harga dan inflasi relatif stabil setiap bulan.

"Kami ingin program ini dapat direplikasi di poktan lainnya, maka perlu ada bukti nyata dari penerapan pupuk organik MA-11," ujarnya.

Selain itu, kata dia, Bank Indonesia senantiasa membantu kelompok tani dari sisi promosi dan distribusi bilamana hasil produksi komoditas cabai melampaui permintaan pasar di Manokwari.

Pihaknya juga siap mengadakan pelatihan peningkatan kapasitas kelompok tani agar mampu mengolah cabai menjadi produk turunan bernilai ekonomis tinggi untuk dipasarkan ke luar daerah.

"Kalau produksi melimpah, bisa dipertimbangkan untuk hilirisasi seperti mengolah cabai segar jadi cabai bubuk kering dalam kemasan lalu dijual," ucap Setian.

Pewarta: Fransiskus Salu Weking

Editor : Evarianus Supar


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024