Hama wereng cokelat menyerang ratusan hektar tanaman padi di wilayah Distrik Sidey, Manokwari, Papua Barat mengakibatkan petani terancam gagal panen.
Kholid Danuri, salah seorang petani menyebutkan serangan hama ini sudah berlangsung sekitar dua bulan. Hampir seluruh lahan tanaman padi milik petani mengalami dampak serangan hama tersebut.
"Jelas petani rugi, sudah tiga kali tanam ini kena serangan dan hamanya sama, wereng cokelat," kata Kholid.
Serangan wereng ini merata di sekitar 100 hektare tanaman padi di Sidey dengan skala kerusakan yang berbeda-beda. Lahan padi milik Danuri di dua lokasi pun tidak luput dari serangan.
Serangan paling parah terkonsentrasi pada areal persawahan di Kampung Sidey Baru. Batang tanaman padi yang masih muda menjadi berwarna kuning dan cokelat.
Menyikapi kasus ini, Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Papua Barat, Kamis (4/7) mengutus tim untuk melakukan pengendalian serangan hama itu.
Kepala Brigade Proteksi Tanaman Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Papua Barat, Irfan Baidowi, menjelaskan lahan yang terserang dengan kategori sedang sekitar 22 hektare. Selebihnya masih dalam kategori ringan.
Umumnya, lanjut Irfan, hama menyerang batang lalu menganggu sistem makanan tanaman. Ini yang berdampak pada kerusakan batang hingga daun.
"Hama mengisap suplai makanan tanaman. Kalau batang sudah kering, otomatis daunnya ikut kering," katanya.
Menurutnya, petani bisa memanen padi yang diserang dengan kategori parah, hasilnya tidak maksimal baik pada kualitas hasil panen maupun kuantitasnya. Terlebih ketika tanaman yang terserang sudah mencapai 50 persen.
"Kualitas beras yang dihasilkan juga buruk. Mudah pecah saat digiling dan cepat basi serta tidak gurih saat dimasak menjadi nasi," jelasnya lagi.
Dalam diskusi dengan para petani di lokasi yang terpapar, para penyuluh maupun pengamat hama menyarankan agar para petani tidak menanam dan menyemai pada bulan Mei hingga awal Juni, sebab pada masa itu permukaan air tinggi dan keasamannnya rendah.
Jika airnya tinggi, kata dia, maka yang diserap oleh tanaman hanya air. Sementara unsur haranya terbuang. Pemberian pupuk dalam kondisi itu pun tidak memberi dampak positif bagi tanaman.
"Pupuk jenis apapun menjadi tidak ada gunanya karena akan menggumpal dan menjadi alkali," kata Irfan.
Petani juga diimbau selektif dalam memilih benih dan tidak boleh menanam dalam kurun 1 hingga 2 bulan pasca panen. Itu dilakukan untuk memutus siklus perkembangan hama wereng.
Irfan menyarankan agar petani di Distrik Sidey membahas penentuan masa tanam secara serempak yang melibatkan seluruh petani dan pemangku kepentingan. Penyuluh selama ini telah menyampaikan agar petani tidak menanam pada bulan Mei namun dilanggar.
"Hanya di Sidey ini yang tidak kompak. Beda dengan petani di Distrik Prafi atau di Oransbari, Manokwari Selatan. Mereka kompak, sehingga resiko serangan wereng bisa dikurangi," ujarnya lagi.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2019
Kholid Danuri, salah seorang petani menyebutkan serangan hama ini sudah berlangsung sekitar dua bulan. Hampir seluruh lahan tanaman padi milik petani mengalami dampak serangan hama tersebut.
"Jelas petani rugi, sudah tiga kali tanam ini kena serangan dan hamanya sama, wereng cokelat," kata Kholid.
Serangan wereng ini merata di sekitar 100 hektare tanaman padi di Sidey dengan skala kerusakan yang berbeda-beda. Lahan padi milik Danuri di dua lokasi pun tidak luput dari serangan.
Serangan paling parah terkonsentrasi pada areal persawahan di Kampung Sidey Baru. Batang tanaman padi yang masih muda menjadi berwarna kuning dan cokelat.
Menyikapi kasus ini, Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Papua Barat, Kamis (4/7) mengutus tim untuk melakukan pengendalian serangan hama itu.
Kepala Brigade Proteksi Tanaman Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Papua Barat, Irfan Baidowi, menjelaskan lahan yang terserang dengan kategori sedang sekitar 22 hektare. Selebihnya masih dalam kategori ringan.
Umumnya, lanjut Irfan, hama menyerang batang lalu menganggu sistem makanan tanaman. Ini yang berdampak pada kerusakan batang hingga daun.
"Hama mengisap suplai makanan tanaman. Kalau batang sudah kering, otomatis daunnya ikut kering," katanya.
Menurutnya, petani bisa memanen padi yang diserang dengan kategori parah, hasilnya tidak maksimal baik pada kualitas hasil panen maupun kuantitasnya. Terlebih ketika tanaman yang terserang sudah mencapai 50 persen.
"Kualitas beras yang dihasilkan juga buruk. Mudah pecah saat digiling dan cepat basi serta tidak gurih saat dimasak menjadi nasi," jelasnya lagi.
Dalam diskusi dengan para petani di lokasi yang terpapar, para penyuluh maupun pengamat hama menyarankan agar para petani tidak menanam dan menyemai pada bulan Mei hingga awal Juni, sebab pada masa itu permukaan air tinggi dan keasamannnya rendah.
Jika airnya tinggi, kata dia, maka yang diserap oleh tanaman hanya air. Sementara unsur haranya terbuang. Pemberian pupuk dalam kondisi itu pun tidak memberi dampak positif bagi tanaman.
"Pupuk jenis apapun menjadi tidak ada gunanya karena akan menggumpal dan menjadi alkali," kata Irfan.
Petani juga diimbau selektif dalam memilih benih dan tidak boleh menanam dalam kurun 1 hingga 2 bulan pasca panen. Itu dilakukan untuk memutus siklus perkembangan hama wereng.
Irfan menyarankan agar petani di Distrik Sidey membahas penentuan masa tanam secara serempak yang melibatkan seluruh petani dan pemangku kepentingan. Penyuluh selama ini telah menyampaikan agar petani tidak menanam pada bulan Mei namun dilanggar.
"Hanya di Sidey ini yang tidak kompak. Beda dengan petani di Distrik Prafi atau di Oransbari, Manokwari Selatan. Mereka kompak, sehingga resiko serangan wereng bisa dikurangi," ujarnya lagi.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2019