Pemerintah Provinsi Papua Barat memacu ekspor hasil hutan bukan kayu untuk membuka peluang usaha bagi masyarakat adat dari sektor kehutanan.
Kepala Dinas Kehutanan Papua Barat, Hendrik Runaweri di Manokwari, Kamis, mengatakan, provinsi ini mendapat apresiasi dari sejumlah negara atas komitmennya dalam menjaga hutan.
"Beberapa hari lalu bapak gubernur menerima penghargaan sebagai pahlawan konservasi global atau global conservation hero yang diberikan oleh Conservation international (CI). Kita bangga, karena pimpinan punya komitmen yang kuat untuk menjaga alam hutan laut dan segala keanekaragaman hayati di dalamnya," kata Hendrik.
Terkait program konservasi dan pembangunan berkelanjutan, lanjut Hendrik, gubernur menginginkan bukan hanya hutan dan laut yang dijaga.
Masyarakat adat sebagai pemilik hak ulayat juga harus mendapat perhatian yang cukup terutama terkait kesejahteraan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) angka kemiskinan dan pengangguran di daerah ini masih cukup tinggi.
Pemprov Papua Barat berharap pasar ekspor dimanfaatkan untuk mendorong peningkatan ekonomi masyarakat.
"Kita punya kekayaan alam melimpah, tapi masyarakat masih banyak yang hidup miskin, pengangguran masih tinggi. Masyarakat harus dorong dan dibina agar bisa mengelola dan memanfaatkan hasil hutan secara lestari," kata dia lagi.
Ia menyebutkan, sejumlah komoditas bukan kayu yang sedang dikembangkan di Papua Barat saat ini diantaranya, kayu masohi dan gaharu.
Dia menyatakan, tanaman ini sudah dikembangkan di hampir seluruh daerah di Papua Barat.
Menurutnya, masyarakat di daerah ini sudah cukup siap menyambut pasar global. Di sisi lain, sudah ada investor yang siap masuk berinvestasi di Papua Barat.
"Kami sudah berikan data, nanti bulan September mereka akan datang untuk mengecek lokasi," katanya lagi.
Selain hasil hutan bukan kayu, Hendrik berujar, Pemprov Papua Barat juga sudah memulai pengembangan kopi, kakao serta vanili. Tiga komoditas perkebunan ini juga dipersiapkan untuk merebut peluang di pasar global.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2019
Kepala Dinas Kehutanan Papua Barat, Hendrik Runaweri di Manokwari, Kamis, mengatakan, provinsi ini mendapat apresiasi dari sejumlah negara atas komitmennya dalam menjaga hutan.
"Beberapa hari lalu bapak gubernur menerima penghargaan sebagai pahlawan konservasi global atau global conservation hero yang diberikan oleh Conservation international (CI). Kita bangga, karena pimpinan punya komitmen yang kuat untuk menjaga alam hutan laut dan segala keanekaragaman hayati di dalamnya," kata Hendrik.
Terkait program konservasi dan pembangunan berkelanjutan, lanjut Hendrik, gubernur menginginkan bukan hanya hutan dan laut yang dijaga.
Masyarakat adat sebagai pemilik hak ulayat juga harus mendapat perhatian yang cukup terutama terkait kesejahteraan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) angka kemiskinan dan pengangguran di daerah ini masih cukup tinggi.
Pemprov Papua Barat berharap pasar ekspor dimanfaatkan untuk mendorong peningkatan ekonomi masyarakat.
"Kita punya kekayaan alam melimpah, tapi masyarakat masih banyak yang hidup miskin, pengangguran masih tinggi. Masyarakat harus dorong dan dibina agar bisa mengelola dan memanfaatkan hasil hutan secara lestari," kata dia lagi.
Ia menyebutkan, sejumlah komoditas bukan kayu yang sedang dikembangkan di Papua Barat saat ini diantaranya, kayu masohi dan gaharu.
Dia menyatakan, tanaman ini sudah dikembangkan di hampir seluruh daerah di Papua Barat.
Menurutnya, masyarakat di daerah ini sudah cukup siap menyambut pasar global. Di sisi lain, sudah ada investor yang siap masuk berinvestasi di Papua Barat.
"Kami sudah berikan data, nanti bulan September mereka akan datang untuk mengecek lokasi," katanya lagi.
Selain hasil hutan bukan kayu, Hendrik berujar, Pemprov Papua Barat juga sudah memulai pengembangan kopi, kakao serta vanili. Tiga komoditas perkebunan ini juga dipersiapkan untuk merebut peluang di pasar global.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2019