Papua Youth Creative Hub (PYCH) Manokwari, Papua Barat menggandeng PRISMA ajak pengusaha muda asli Papua kembangkan kreatifitas dan berbagi ide agrobisnis melalui Tanah Papua Youthpreneur Summit 2024.
PRISMA merupakan program kemitraan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian PPN/Bappenas dan Pemerintah Australia (melalui Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia/ DFAT) untuk peningkatan produktifitas petani kecil.
"Untuk itu kita hari ini menyelenggarakan Tanah Papua Youthpreneur Summit sebagai upaya pengembangan ekonomi masyarakat orang asli Papua (OAP)," kata Ketua Umum PYCH Simon Tabuni di Manokwari, Selasa.
Simon mengatakan, dengan mengusung tema Kitong Muda, Kitong Bisa pihaknya melibatkan pengusaha muda terutama bidang agrobisnis dari lima provinsi di Tanah Papua untuk berbagai pengalaman dan mencari solusi dalam pengembangan usaha.
Kelima provinsi tersebut adalah Provinsi Papua, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua Barat dan Papua Barat Daya.
"Hal ini selaras dengan tujuan PYCH untuk menciptakan 100 wirausahawan baru, PYCH dan PRISMA berkolaborasi untuk menarik minat pemuda Papua agar menjajal bisnis di sektor perdagangan sayuran sekaligus memberdayakan petani mama-mama Papua," ujar pendiri Anggi Mart, toko sayur pertama di Papua yang dikelola OAP.
Ia mengatakan, melalui lokakarya tersebut para pengusaha muda Papua diharapkan dapat mempelajari model bisnis inklusif seperti pola kerja sama Anggi Mart dengan petani OAP di kawasan Pegunungan Arfak.
"Saya berharap wirausaha muda yang hadir dapat melakukan replikasi inovasi ini ke daerahnya masing-masing sehingga akses petani terhadap pasar meningkat," jelasnya.
Salah satu peserta dari Wamena, Provinsi Papua Pegunungan Semuel Pigai mengungkapkan, permodalan dan pemasaran menjadi kendala untuk pengembangan usaha di Papua. Namun, dengan kegiatan tersebut pihaknya mendapat ilmu baru untuk pengembangan usaha.
"Mendengar langsung dari para pelaku bisnis yang lebih senior tentang bagaimana mengembangkan usaha sayuran di Papua, saya jadi terinspirasi untuk mengembangkan usaha serupa di Wamena," ungkapnya.
Kegiatan lokakarya Tanah Papua Youthpreneur Summit menghadirkan diskusi panel bersama Pimpinan Departemen PPK Bank Papua Cabang Kabupaten Manokwari, Gomgom SM Simanjuntak, dan Rici Solihin, mentor agrobisnis pendiri perusahaan pemasok sayuran ternama dari Jawa Barat.
Hasil studi yang dilakukan oleh PRISMA pada tahun 2019 menunjukkan bahwa hanya 1 dari 5 orang pedagang sayuran di wilayah Papua yang merupakan OAP dan lebih 50% kebutuhan sayuran masih didatangkan dari luar wilayah. Hal ini mengindikasikan peluang usaha yang dapat diraih oleh generasi muda OAP dengan terjun langsung ke dalam bisnis perdagangan sayuran.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024
PRISMA merupakan program kemitraan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian PPN/Bappenas dan Pemerintah Australia (melalui Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia/ DFAT) untuk peningkatan produktifitas petani kecil.
"Untuk itu kita hari ini menyelenggarakan Tanah Papua Youthpreneur Summit sebagai upaya pengembangan ekonomi masyarakat orang asli Papua (OAP)," kata Ketua Umum PYCH Simon Tabuni di Manokwari, Selasa.
Simon mengatakan, dengan mengusung tema Kitong Muda, Kitong Bisa pihaknya melibatkan pengusaha muda terutama bidang agrobisnis dari lima provinsi di Tanah Papua untuk berbagai pengalaman dan mencari solusi dalam pengembangan usaha.
Kelima provinsi tersebut adalah Provinsi Papua, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua Barat dan Papua Barat Daya.
"Hal ini selaras dengan tujuan PYCH untuk menciptakan 100 wirausahawan baru, PYCH dan PRISMA berkolaborasi untuk menarik minat pemuda Papua agar menjajal bisnis di sektor perdagangan sayuran sekaligus memberdayakan petani mama-mama Papua," ujar pendiri Anggi Mart, toko sayur pertama di Papua yang dikelola OAP.
Ia mengatakan, melalui lokakarya tersebut para pengusaha muda Papua diharapkan dapat mempelajari model bisnis inklusif seperti pola kerja sama Anggi Mart dengan petani OAP di kawasan Pegunungan Arfak.
"Saya berharap wirausaha muda yang hadir dapat melakukan replikasi inovasi ini ke daerahnya masing-masing sehingga akses petani terhadap pasar meningkat," jelasnya.
Salah satu peserta dari Wamena, Provinsi Papua Pegunungan Semuel Pigai mengungkapkan, permodalan dan pemasaran menjadi kendala untuk pengembangan usaha di Papua. Namun, dengan kegiatan tersebut pihaknya mendapat ilmu baru untuk pengembangan usaha.
"Mendengar langsung dari para pelaku bisnis yang lebih senior tentang bagaimana mengembangkan usaha sayuran di Papua, saya jadi terinspirasi untuk mengembangkan usaha serupa di Wamena," ungkapnya.
Kegiatan lokakarya Tanah Papua Youthpreneur Summit menghadirkan diskusi panel bersama Pimpinan Departemen PPK Bank Papua Cabang Kabupaten Manokwari, Gomgom SM Simanjuntak, dan Rici Solihin, mentor agrobisnis pendiri perusahaan pemasok sayuran ternama dari Jawa Barat.
Hasil studi yang dilakukan oleh PRISMA pada tahun 2019 menunjukkan bahwa hanya 1 dari 5 orang pedagang sayuran di wilayah Papua yang merupakan OAP dan lebih 50% kebutuhan sayuran masih didatangkan dari luar wilayah. Hal ini mengindikasikan peluang usaha yang dapat diraih oleh generasi muda OAP dengan terjun langsung ke dalam bisnis perdagangan sayuran.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024