Kolaborasi dan kerja sama antara seluruh pemangku kepentingan dengan Pemerintah Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat menjadi kunci sukses penanganan dan intervensi stunting di daerah tersebut.

Wakil Ketua Satgas Stunting Manokwari sekaligus Ketua PKK Manokwari Febelina Indou di Manokwari, Rabu, menjelaskan, Pemkab Manokwari berhasil menggerakkan semua pihak untuk membantu intervensi stunting.

"Kita melakukan intervensi pada 135 anak stunting yang kekurangan gizi sejak Juli. Kita tangani dengan perencanaan matang dan serius by name by address bertahap selama 90 hari. Saat ini tinggal 33 anak yang kita intervensi selama 90 hari lagi," katanya.

Ia mengatakan, untuk intervensi 33 anak yang tersebar di 13 wilayah puskesmas tersebut, pihaknya bekerja sama dengan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Papua Barat melalui program menu beragam, bergizi, seimbang, dan aman (B2SA).

Selain itu, ditambah dengan keterlibatan beberapa organisasi perangkat daerah (OPD) yang tergabung dalam Satgas Stunting Manokwari antara lain Dinas Kesehatan, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kampung (DPMAK) dan PKK Manokwari.

"Seluruh elemen bergerak sesuai tupoksinya masing-masing dalam intervensi stunting maupun sosialisasi. Mulai dari pendataan anak dan pengukuran gizi oleh puskesmas, pemberian makanan tambahan (PMT) di posyandu hingga penyusunan program penanganan by name by address,” katanya.

Ia menjelaskan, selain program dan penanganan intervensi stunting ada juga pembagian anggaran dari masing-masing OPD, PKK maupun pemerintah kampung.

"Kerja sama dan sinergi dari semua pihak itulah yang membuat Kabupaten Manokwari menjadi kabupaten tercepat menurunkan stunting di Provinsi Papua Barat. Bahkan Pemkab Manokwari mendapat hadiah dua motor atas prestasi tersebut," ujarnya.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Manokwari, Marthen Rantetampang, mengungkapkan, untuk intervensi dan pencegahan stunting dilakukan dengan dua cara, yaitu edukasi dan pemberian makanan tambahan (PMT). Edukasi dilakukan karena anak stunting tidak selalu mengalami gizi buruk. Ada juga anak stunting yang justru kegemukan.

Sedangkan intervensi PMT dilakukan pada anak stunting yang mengalami gizi buruk atau kurang gizi. Intervensi PMT dilakukan dua metode yaitu PMT 90 hari untuk anak yang gizinya parah dan sekali sebulan di posyandu atau PMT penyuluhan.

"Pada PMT, ahli gizi dari puskesmas juga perlu nilai gizi anak yang terkena stunting. Tidak semua anak stunting disamaratakan, disesuaikan dengan umur dan berat badannya. Karena kebutuhan gizinya berbeda," katanya.
 

Pewarta: Ali Nur Ichsan

Editor : Evarianus Supar


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2023