Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat melakukan evaluasi dan monitoring terhadap pemeriksaan mikroskopis tuberkulosis (TBC) guna memastikan ketepatan diagnosis pasien sesuai dengan standar ketentuan.

Kepala Dinas Kesehatan Papua Barat Otto Parorongan di Manokwari, Selasa, mengatakan ada sejumlah indikator yang digunakan dalam menilai kinerja pelaksanaan program, seperti deteksi pasien TBC dengan target 90 persen sasaran dalam satu tahun dan tingkat keberhasilan pengobatan.

"Penemuan pasien sampai September 2023, capaiannya baru 48,6 persen dan pengobatan sudah 70 persen," kata Otto Parorongan.

Selain itu, kata dia, kualitas pemeriksaan slide TBC yang telah dilakukan oleh tenaga medis pada fasilitas kesehatan perlu diuji kembali melalui laboratorium rujukan dengan target 10 persen.

Dinas Kesehatan provinsi secara rutin melakukan pengawasan terhadap pemeriksaan slide TBC, guna memastikan metode pemeriksaan yang dilakukan sudah sesuai aturan.

"Slide kaca itu dikirim ke laboratorium rujukan untuk diperiksa supaya bisa memastikan kualitasnya," ucap Otto.

Ia menjelaskan jumlah kasus TBC yang masih dalam penanganan sebanyak 1.792 pasien dan tersebar di tujuh kabupaten di Papua Barat, sehingga peningkatan mutu layanan merupakan komponen terpenting.

Evaluasi dan monitoring selama tiga hari (12-14 September 2023) menghadirkan tenaga medis dari enam kabupaten, yaitu Manokwari, Manokwari Selatan, Teluk Bintuni, Teluk Wondama, Kaimana, dan Fakfak.

"Kalau Kabupaten Pegunungan Arfak, kami sudah lakukan evaluasi tersendiri. Kasus TBC tertinggi yang sudah ditemukan ada di Manokwari, yaitu 512 kasus," ujar Otto.

Ia mengingatkan agar terapi pencegahan kontak pasien TBC perlu dimaksimalkan guna meminimalisasi penularan ke orang lain dalam satu rumah dengan target 70 persen dari jumlah pasien.

Misalnya, dalam satu rumah terdapat satu penderita, terapi pencegahan kontak diberlakukan bagi empat sampai delapan anggota keluarga.

"Kasus kontak serumah yang sudah ditemukan ada 106 kasus, mestinya bisa mencapai 1.792 kasus dikalikan dengan enam anggota keluarga atau delapan orang," kata dia.

Otto mengimbau seluruh pengelola program TBC dan tenaga medis mengoptimalkan upaya penemuan pasien sekaligus meningkatkan pengawasan terhadap pasien, terutama pasien resisten.

Sinergi dan kolaborasi seluruh tenaga medis merupakan kunci keberhasilan penanggulangan penyakit menular yang diderita oleh masyarakat.

"Pengelola program harus rutin mengecek ke fasilitas kesehatan dan rumah sakit untuk mengevaluasi kemungkinan adanya hambatan," ujar Otto.


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dinas Kesehatan evaluasi pemeriksaan mikroskopis TBC di Papua Barat

Pewarta: Fransiskus Salu Weking

Editor : Evarianus Supar


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2023