Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Manokwari, Papua Barat, memamerkan produk teh celup yang diolah dari kulit kayu akway atau tumbuhan endemik di provinsi itu.
 
Dosen Polbangtan Manokwari Nurtania Sudarmi di Manokwari, Selasa, mengatakan seluruh produk turunan dari bahan baku lokal yang diolah oleh mahasiswa terlebih dahulu dilakukan uji laboratorium sebelum dipasarkan melalui koperasi mahasiswa dan platform digital.
 
"Sebelum diproduksi kita riset dulu jadi semua produk by riset oleh dosen dan mahasiswa," kata Nurtania.
 
Ia menjelaskan teh kulit kayu akway memiliki sejumlah manfaat antara lain menjaga daya tahan tubuh pria, menambah vitalitas, dan meningkatkan kesehatan reproduksi bagi kaum perempuan.
 
Teh akway telah diproduksi beberapa tahun lalu dengan harga bervariasi per kotak mulai dari Rp50 ribu untuk level medium dan Rp60 ribu level strong.
 
"Misalnya ibu-ibu yang tertunda kehamilan, dengan konsumsi teh ini bisa lebih cepat karena reproduksi lebih subur," terang dia.
 
Selain teh, kata dia, Polbangtan Manokwari juga mengolah produk turunan dari kayu akway menjadi isotonik yang dicampur dengan rempah-rempah.
 
Isotonik akway maupun teh celup akway memiliki manfaat yang sama bagi kesehatan tubuh serta alat reproduksi kaum pria dan wanita.
 
"Isotonik akway harganya Rp 65 ribu per botol. Ada kandungan teh hitam dan daun stefia jadi sedikit manis tapi pedas di tenggorokan," kata dia.
 
Ia melanjutkan produk turunan lainnya adalah abon ayam dengan kandungan buah merah, sirup glukosa pati sagu, keripik sukun, naget ayam, keripik tempe sagu dan lainnya.
 
Sirup glukosa yang diproduksi dari pati sagu dapat digunakan sebagai pengganti dari gula sukrosa tanaman tebu, namun tidak dijadikan sebagai obat penyembuhan diabetes.
 
"Setidaknya mereka yang dilarang konsumsi manis-manis, bisa konsumsi sirup glukosa pati sagu," ujar Nurtania.
 
Ia menerangkan produk olahan bahan baku lokal yang diolah mahasiswa Polbangtan Manokwari sering diikutsertakan dalam ajang Kementerian Pertanian di Jakarta, Yogyakarta dan Makassar.
 
Polbangtan Manokwari pernah meraih juara III stan terbaik pada ajang Kementerian Pertanian.
 
Ke depannya, ia berharap pemerintah daerah baik Provinsi Papua Barat maupun Kabupaten Manokwari rutin menggelar ajang pameran produk olahan lokal.
 
Hal itu akan mendorong daya kreativitas mahasiswa dalam menciptakan inovasi produk berbahan baku tanaman lokal.
 
"Kalau di Manokwari baru beberapa kali saja. Ajang-ajang pameran produk lokal harus lebih sering dibuat," kata Nurtania.
 
 
Duta Besar Norwegia untuk Indonesia Rut Kruger Giverin melihat produk teh olahan dari kayu akway yang dipamerkan oleh Polbangtan Manokwari. (ANTARA/Fransiskus Salu Weking)
 
Pengelola Laboratorium Polbangtan Manokwari Indah Pratiwi menjelaskan seluruh produk olahan dari mahasiswa sudah dilakukan uji laboratorium di Institut Pertanian Bogor untuk mengetahui kandungan gizi dan lainnya.
 
Seluruh produk olahan dari bahan baku lokal telah didaftarkan patennya, sedangkan pengurusan izin Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT), sertifikasi halal, dan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) masih dalam proses.
 
"Seperti teh kayu akway itu kita riset dulu lalu kita uji lab sebelum kita produksi," tutur dia.
 
Ia menerangkan mahasiswa Polbangtan dilatih dan dibina selama mengenyam pendidikan untuk menjadi wirausaha muda sehingga mampu mengembangkan potensi daerah pada masa mendatang.
 
"Mahasiswa ini kita dilatih supaya bisa menjadi wirausaha muda," ucap Indah.
 
Tenaga Ahli Bidang Pengembangan UMKM dan Klaster Bank Indonesia perwakilan Papua Barat Billy Hakim Adiwijaya menuturkan syarat utama pengajuan izin P-IRT, sertifikasi halal, dan izin edar BPOM adalah rumah produksi harus dipisahkan dari dapur rumah tangga.
 
Apabila Polbangtan Manokwari belum memiliki ruang tersendiri maka dapat memanfaatkan satu ruangan tapi disekat menjadi dua.
 
"Rumah produksi dan dapur rumah tangga itu harus dipisah," ujar Billy.
 
 

Pewarta: Fransiskus Salu Weking

Editor : Evarianus Supar


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2023