Pemerintah Distrik Wasior di Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat, berupaya meningkatkan cakupan pelayanan imunisasi selama Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN), yang hingga menjelang akhir Juni 2022 masih rendah.
Dalam lokakarya lintas sektor mengenai pelaksanaan BIAN di Puskesmas Wasior, Kamis, disampaikan bahwa pelayanan imunisasi campak dan rubela di Distrik Wasior baru mencakup 1.172 anak atau 28,8 persen dari total 4.064 anak yang menjadi sasaran imunisasi.
Menurut data Puskesmas Wasior, cakupan imunisasi kejar OPV, IPV, dan DPT-HB-Hib di sembilan kampung (desa) dan satu kelurahan di Distrik Wasior juga rata-rata masih di bawah 50 persen.
Imunisasi IPV menurut data puskesmas bahkan baru mencakup 20 anak atau 2,7 dari total sasaran sebanyak 742 anak.
"Kita punya rapor orang bilang masih merah. Jadi harapan kita minggu depan kita sudah kuning, bulan depan kita sudah hijau," kata Kepala Puskesmas Wasior Aldyf Rorong.
Faktor yang menjadi kendala dalam upaya peningkatan cakupan imunisasi anak di wilayah Wasior antara lain rendahnya pemahaman orang tua mengenai pentingnya imunisasi.
"Saya waktu itu didatangi sampai lima orang ibu yang mengatakan bahwa mereka tidak mau anaknya diimunisasi karena menurut mereka itu sebenarnya vaksinasi COVID-19 hanya namanya saja yang diganti," kata Lurah Wasior Ickbal Marani.
"Jadi mungkin perlu ada sosialisasi atau penjelasan yang lebih lagi tentang imunisasi BIAN ini kepada masyarakat," katanya.
Kepala Kampung Rado Paul Sumlena juga mengemukakan bahwa masih ada orang tua yang tidak mau anaknya diimunisasi di wilayahnya.
"Ada kekhawatiran bahwa itu vaksin COVID-19, jadi orang tua tidak mau anaknya untuk ikut divaksin," katanya.
Kepala Distrik Wasior Antonius Alex Marani mengemukakan bahwa persebaran hoaks mengenai vaksin COVID-19 membuat para orang tua khawatir sehingga tidak mau anaknya divaksinasi.
"Saran kami penyebutannya jangan vaksinasi, karena selama ini kita lihat masih terbawa-bawa, orang kalau mau vaksin itu agak sedikit ragu. Tetapi ini imunisasi penting bagi anak-anak kita," kata Alex.
Guna mengatasi masalah itu, Puskesmas Wasior melakukan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman warga mengenai program imunisasi anak.
Selain itu, para kepala kampung, lurah, dan pejabat pemerintah distrik yang hadir dalam lokakarya sepakat untuk mendukung pelaksanaan imunisasi anak di kampung-kampung dan kelurahan.
"Kita akan buat pelayanan posyandu di setiap kampung sekaligus imunisasi. Nanti yang tidak datang kita datangi langsung ke rumahnya," kata Aldyf Rorong.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2022
Dalam lokakarya lintas sektor mengenai pelaksanaan BIAN di Puskesmas Wasior, Kamis, disampaikan bahwa pelayanan imunisasi campak dan rubela di Distrik Wasior baru mencakup 1.172 anak atau 28,8 persen dari total 4.064 anak yang menjadi sasaran imunisasi.
Menurut data Puskesmas Wasior, cakupan imunisasi kejar OPV, IPV, dan DPT-HB-Hib di sembilan kampung (desa) dan satu kelurahan di Distrik Wasior juga rata-rata masih di bawah 50 persen.
Imunisasi IPV menurut data puskesmas bahkan baru mencakup 20 anak atau 2,7 dari total sasaran sebanyak 742 anak.
"Kita punya rapor orang bilang masih merah. Jadi harapan kita minggu depan kita sudah kuning, bulan depan kita sudah hijau," kata Kepala Puskesmas Wasior Aldyf Rorong.
Faktor yang menjadi kendala dalam upaya peningkatan cakupan imunisasi anak di wilayah Wasior antara lain rendahnya pemahaman orang tua mengenai pentingnya imunisasi.
"Saya waktu itu didatangi sampai lima orang ibu yang mengatakan bahwa mereka tidak mau anaknya diimunisasi karena menurut mereka itu sebenarnya vaksinasi COVID-19 hanya namanya saja yang diganti," kata Lurah Wasior Ickbal Marani.
"Jadi mungkin perlu ada sosialisasi atau penjelasan yang lebih lagi tentang imunisasi BIAN ini kepada masyarakat," katanya.
Kepala Kampung Rado Paul Sumlena juga mengemukakan bahwa masih ada orang tua yang tidak mau anaknya diimunisasi di wilayahnya.
"Ada kekhawatiran bahwa itu vaksin COVID-19, jadi orang tua tidak mau anaknya untuk ikut divaksin," katanya.
Kepala Distrik Wasior Antonius Alex Marani mengemukakan bahwa persebaran hoaks mengenai vaksin COVID-19 membuat para orang tua khawatir sehingga tidak mau anaknya divaksinasi.
"Saran kami penyebutannya jangan vaksinasi, karena selama ini kita lihat masih terbawa-bawa, orang kalau mau vaksin itu agak sedikit ragu. Tetapi ini imunisasi penting bagi anak-anak kita," kata Alex.
Guna mengatasi masalah itu, Puskesmas Wasior melakukan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman warga mengenai program imunisasi anak.
Selain itu, para kepala kampung, lurah, dan pejabat pemerintah distrik yang hadir dalam lokakarya sepakat untuk mendukung pelaksanaan imunisasi anak di kampung-kampung dan kelurahan.
"Kita akan buat pelayanan posyandu di setiap kampung sekaligus imunisasi. Nanti yang tidak datang kita datangi langsung ke rumahnya," kata Aldyf Rorong.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2022