Wasior, Teluk Wondama (ANTARA) - Wakil Bupati Teluk Wondama, Papua Barat Paulus Indubri bersyukur warganya arif menyikapi insiden yang terjadi Surabaya, Jawa Timur pada 16 Agustus 2019 lalu.
Ditemui di Wasior, Kamis, Indubri menyesalkan tindakan dan narasi berbau rasis yang diarahkan pada mahasiswa Papua di Asrama Mahasiswa Papua tersebut.
Menurutnya, hal itu menjadi bukti bahwa cara pandang sebagian masyarakat Indonesia terhadap Papua belum berubah.
"Sampai saat ini orang Papua masih saja dianggap rendah oleh sebagian kalangan di negeri ini hanya karena berbeda warna kulit dengan sebagian besar penduduk Indonesia lainnya. Padahal negara ini sudah merdeka 74 tahun," ujar Wakil Bupati Windama itu pula.
Setelah 74 tahun bangsa Indonesia merdeka seharusnya cara pandang masyarakat dengan sesama semakin maju, katanya lagi.
"Masih ada yang menghina orang Papua. Kami sangat prihatin karena itu sudah mendiskreditkan harkat dan martabat kami sebagai sesama manusia. Itu sangat tidak pantas terlebih kita sedang merayakan kemerdekaan Indonesia," ujarnya lagi.
Dia mengutarakan, sejak menjadi bagian dari NKRI, orang Papua selalu dengan tangan terbuka menerima siapa pun warga Indonesia lain yang ingin hidup dan menetap di Tanah Papua. Contoh nyata adalah program transmigrasi ke Papua yang telah dimulai sejak tahun 70-an dengan ribuan orang dari kawasan barat Indonesia terutama dari Pulau Jawa membanjiri Papua.
"Pada tahun 70-an, program transmigrasi itu kehadiran orang-orang dari Jawa di Papua dan kami menerimanya dengan luar biasa. Memberikan mereka tanah gratis dan orang semua bisa tinggal di sini. Hari ini berapa banyak orang Jawa yang hidup di Papua sampai anak-anak mereka itu bisa sekolah dan hidup dengan baik. Tapi kok 74 tahun bangsa ini merdeka, masih ada oknum yang memandang kami seperti ini," ujar lulusan Universitas Jayapura ini pula.
Selaku pejabat asli Papua Indubri mengaku bisa memahami kenapa orang Papua begitu marah dengan pernyataan rasis itu. Semua orang Papua terluka. Meski demikian, dia mengimbau masyarakat agar tidak merespons hal itu dengan tindakan anarkis yang justru merugikan masyarakat umum.
"Sebagai orang beriman sebagai orang Papua kita hanya memandang dengan kasih saja. Kita mengampuni mereka yang buat pernyataan itu karena mereka tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Kita doakan mereka, pasti Tuhan akan membalas sesuai dengan cara Tuhan sendiri," ujar Indubri.
Kepada masyarakat Teluk Wondama, dia pun mengimbau agar menyikapi insiden di Surabaya dengan hati yang damai. Warga diharapkan tidak terprovokasi dengan situasi di Manokwari maupun kabupaten lainnya, termasuk ajakan-ajakan provokatif melalui media sosial.
"Terima kasih karena masyarakat Wondama masih tetap menyikapi dengan arif dan damai. Kita berharap kondisi seperti ini tetap dipelihara, dijaga dengan baik agar kita tetap menumbuhkan toleransi di daerah ini dengan baik," ujarnya lagi.