Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya menggandeng Dewan Pengurus Daerah Persatuan Tunanetra Indonesia (DPD Pertuni) untuk memberdayakan puluhan penyandang tunanetra melalui pelatihan literasi digital, orientasi dan mobilitas serta keterampilan hidup sehari-hari (daily life skill)
Kepala Dinas Sosial dan PPPA Provinsi Papua Barat Daya Beatrix Msiren di Sorong, Selasa, menyebut pelatihan itu diikuti 20 orang peserta yang berada di wilayah Kota Sorong dan Kabupaten Sorong dengan harapan nantinya mereka bisa hidup mandiri.
"Kami bekerja sama dengan Pertuni bagaimana memberdayakan penyandang tunatera ini supaya mandiri," katanya.
Betarix mengapresiasi Pertuni PBD karena telah melaksanakan program pelatihan literasi digital, orientasi dan mobilitas, serta daily life skill bagi para tunanetra setempat.
Dinsos dan PPPA Papua Barat Daya berencana mendata seluruh penyandang tunanetra di seluruh kabupaten/kota agar diberikan program pemberdayaan melalui pelatihan-pelatihan sehingga mereka semua bisa mandiri.
Sejauh ini program pemberdayaan tunanetra di Papua Barat Daya dinilai masih sangat tertinggal dibandingkan dengan daerah lain terutama di Pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi.
Kegiatan pelatihan dan pemberdayaan para penyandang tunanetra di wilayah Sorong Papua Barat Daya itu mendapat dukungan pendanaan dari Pemerintah Australia melalui program Alumni Grant Scheme (AGS) yang diadministrasikan oleh Australia Award Indonesia.
Ketua DPD Pertuni Provinsi Papua Barat Daya Fandy Dawenan menyebut para penyandang tunanetra di Sorong sangat membutuhkan tindakan segera sebagai bentuk aksi afirmasi demi membebaskan mereka dari ketidakberdayaan dalam hal ekonomi, sosial dan kemandirian.
Menurut dia, pelatihan ini bertujuan untuk mengajarkan tiga keterampilan kepada penyandang disabilitas netra yaitu keterampilan hidup sehari-hari atau daily life skill, prientasi dan mobilitas serta literasi digital.
“Diharapkan para penyandang disabilitas netra yang telah dilatih dapat hidup lebih mandiri, berpartisipasi aktif dalam masyarakat dan mengurangi ketergantungan pada orang lain," harapnya.
Keterampilan orientasi dan mobilitas akan membantu penyandang tunanetra bergerak dengan aman dan efisien.
"Keterampilan hidup sehari-hari dan keterampilan orientasi serta mobilitas akan lebih efektif dan efisien bila digabungkan dengan kemampuan literasi digital. Keterampilan literasi digital adalah kemampuan untuk menggunakan perangkat digital, seperti smartphone dan komputer," jelas Fandy.
Dengan perkembangan yang sangat pesat pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, katanya, dapat membantu penyandang disabilitas netra untuk melakukan banyak hal seperti menulis dokumen, menjelajah internet dan mengirim dan menerima email, menggunakan media sosial, menavigasi lingkungan menggunakan google maps dan menggunakan transportasi umum online.
Kepala Dinas Sosial dan PPPA Provinsi Papua Barat Daya Beatrix Msiren di Sorong, Selasa, menyebut pelatihan itu diikuti 20 orang peserta yang berada di wilayah Kota Sorong dan Kabupaten Sorong dengan harapan nantinya mereka bisa hidup mandiri.
"Kami bekerja sama dengan Pertuni bagaimana memberdayakan penyandang tunatera ini supaya mandiri," katanya.
Betarix mengapresiasi Pertuni PBD karena telah melaksanakan program pelatihan literasi digital, orientasi dan mobilitas, serta daily life skill bagi para tunanetra setempat.
Dinsos dan PPPA Papua Barat Daya berencana mendata seluruh penyandang tunanetra di seluruh kabupaten/kota agar diberikan program pemberdayaan melalui pelatihan-pelatihan sehingga mereka semua bisa mandiri.
Sejauh ini program pemberdayaan tunanetra di Papua Barat Daya dinilai masih sangat tertinggal dibandingkan dengan daerah lain terutama di Pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi.
Kegiatan pelatihan dan pemberdayaan para penyandang tunanetra di wilayah Sorong Papua Barat Daya itu mendapat dukungan pendanaan dari Pemerintah Australia melalui program Alumni Grant Scheme (AGS) yang diadministrasikan oleh Australia Award Indonesia.
Ketua DPD Pertuni Provinsi Papua Barat Daya Fandy Dawenan menyebut para penyandang tunanetra di Sorong sangat membutuhkan tindakan segera sebagai bentuk aksi afirmasi demi membebaskan mereka dari ketidakberdayaan dalam hal ekonomi, sosial dan kemandirian.
Menurut dia, pelatihan ini bertujuan untuk mengajarkan tiga keterampilan kepada penyandang disabilitas netra yaitu keterampilan hidup sehari-hari atau daily life skill, prientasi dan mobilitas serta literasi digital.
“Diharapkan para penyandang disabilitas netra yang telah dilatih dapat hidup lebih mandiri, berpartisipasi aktif dalam masyarakat dan mengurangi ketergantungan pada orang lain," harapnya.
Keterampilan orientasi dan mobilitas akan membantu penyandang tunanetra bergerak dengan aman dan efisien.
"Keterampilan hidup sehari-hari dan keterampilan orientasi serta mobilitas akan lebih efektif dan efisien bila digabungkan dengan kemampuan literasi digital. Keterampilan literasi digital adalah kemampuan untuk menggunakan perangkat digital, seperti smartphone dan komputer," jelas Fandy.
Dengan perkembangan yang sangat pesat pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, katanya, dapat membantu penyandang disabilitas netra untuk melakukan banyak hal seperti menulis dokumen, menjelajah internet dan mengirim dan menerima email, menggunakan media sosial, menavigasi lingkungan menggunakan google maps dan menggunakan transportasi umum online.