" Baju pelindung diri menutupi tubuh dan wajah kalian, sehingga aku dan orang terdekatmu tak bisa mengenal siapa kalian.Tapi yang aku kenal kalian adalah pahlawan kesehatan.

Di saat orang lain menghabiskan waktu menikmati libur bersama keluarga di rumah, kalian malah bertaruh nyawa untuk raga yang lain

Di saat para orang tua sibuk mencari cara untuk mendidik anak Mereka agar tetap bisa belajar di rumah.

Kalian tetap berjuang untuk nyawa anak-anak yang lain. Hampir tidak ada sudut di rumah sakit atau Puskesmas hanya untuk sekedar 
menghela nafas,,,, ""

Puisi di atas adalah karya Bupati Teluk Wondama Bernadus Imburi. Puisi itu  secara khusus dipersembahkan untuk  petugas medis di Teluk Wondama, terutama bagi mereka yang selama ini telah bekerja keras, bertaruh nyawa untuk merawat dan menyelamatkan pasien virus corona atau covid-19.

Selasa  pagi  (30/6/2020),  orang nomor satu Wondama itu berkunjung ke RSUD Teluk Wondama di Manggurai. Bupati ingin bertemu dan menyapa  secara langsung para petugas medis yang bertugas menangani pasien Covid-19. 
Di hadapan para ‘pahlawan kesehatan’ itulah, Imburi membawakan puisi ciptaannya itu. Dengan suara bergetar, dia membacakan bait demi bait puisi yang mewakili perasaannya sebagai seorang kepala daerah, Ketua Gugus Tugas Covid-19 juga sebagai seorang bapak. 

Bupati mengakhiri puisinya dengan sepenggal doa yang juga secara khusus dibuatnya bersama sang isteri. 
“Doa ini saya bacakan mewakili seluruh masyarakat Teluk Wondama untuk kamu semua, “ ucap Imburi di hadapan puluhan petugas medis yang terdiri dari dokter, perawat, bidan maupun relawan yang tergabung dalam tim khusus penanganan Covid-19 RSUD Teluk Wondama.

Sebagai tanda cinta dan ungkapan terima kasih, dalam kunjungan khusus itu bupati memberikan ‘kado’ berupa coklat silverqueen  kepada segenap petugas medis di RSUD.  Suami dari Merlin Lekito itu mendatangi satu persatu para petugas medis yang hadir. Dia kemudian menyerahkan coklat tanda cinta itu sembari mengucapkan terima kasih.

“Ini yang bisa bapak lakukan, “ ujar Bupati dengan suara bergetar. “Terima kasih banyak atas jerih lelah anak-anak semua, mulai dari dokter, perawat juga semua yang terlibat. Pekerjaan kita belum selesai karena kita tidak tahu virus ini sampai kapan, “ lanjut Imburi.

Kepada anggota ‘korps baju putih’ itu, bupati juga menyampaikan permohonan maaf karena tidak bisa memberikan sesuatu yang besar dan berharga. Atas nama pemerintah dan seluruh rakyat Wondama, Imburi mengungkapkan apresiasi dan hormat atas dedikasi dan pengabdian seluruh petugas medis selama masa pandemi Covid-19.

Terlebih berkat perjuangan dan upaya sungguh-sungguh dari para petugas medis, tiga pasien positif Covid-19 di Wondama akhirnya bisa sembuh. Dan Wondama sejauh ini bergerak menuju zona hijau.

“Syukur kepada Tuhan hanya tiga orang ini saja. Kita tidak tahu virus ini berakhir jadi kita berharap mujizat Tuhan berlaku dan barang ini cepat selesai, “ ucap mantan dosen Universitas Cenderawasih Jayapura ini.

Apa yang dilakukan bupati rupanya cukup menyentuh hati para petugas medis RSUD Teluk Wondama. Banyak dari mereka tampak terharu dan meneteskan air mata. Mereka tak menyangka bisa mendapatkan ‘coklat tanda cinta’  dari bupati  tepat di penghujung bulan Juni.

“Kami ucapkan  terima kasih banyak buat perhatian dari Pemda dan Bapak Bupati yang begitu loyal kepada kami. Secara khusus pagi ini boleh meluangkan waktu sehingga kita bisa berkumpul di sini, “ ujar  Anselma Marani, perawat yang bertugas merawat pasien Covid-19 di ruang isolasi mewakili rekan-rekannya sesama petugas medis.

Salah seorang perawat yang ditemui usai acara bahkan mengaku tidak akan langsung memakan silverqueen pemberian Sang Kepala Daerah. Dia memilih menyimpannya sebagai kenang-kenangan yang berharga.

“Sayang kalau di makan ini. Mau saya simpan sebagai kenang-kenangan, “ ucap sang perawat yang enggan namanya disebut.

Bagi Direktur RSUD Teluk Wondama dr.Yoce Kurniawan, puisi dan coklat tanda cinta dari bupati memiliki arti yang spesial - tidak sekedar sebagai wujud perhatian dan apresiasi dari Pemda untuk petugas medis yang selama ini berada di garda terdepan dalam perang melawan Covid-19.

Menurutnya, apa yang dilakukan bupati adalah obat pelipur lara bagi segenap petugas medis di RSUD Teluk Wondama atas polemik yang muncul pasca kesembuhan tiga pasien positif Covid-19. Pasien yang sembuh mengaku dirinya tidak minum satu butir obatpun selama menjalani perawatan.
 
Hal itu kemudian memunculkan beragam tanggapan miring bahkan tudingan tidak terpuji di media sosial yang dialamatkan kepada petugas medis. Termasuk juga kepada Gustu Covid-19 Teluk Wondama. Kondisi itu rupanya sedikit banyak telah memukul semangat kerja dari para petugas kesehatan.

“Ini perhatian sebagai pelipur lara atas pengorbanan dari petugas medis juga atas berbagai kecaman, cercaan yang muncul di facebook. Ini sungguh menyentuh hati kami. Harusnya ini membuat kami tetap semangat melayani dengan baik karena pandemi ini belum berakhir,“ ujar dr.Yoce.***

Pewarta: Zack Tonu B

Editor : Key Tokan A


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2020