Manu Yaba Nonti menjadi model penerapan normal baru di Provinsi Papua Barat untuk mendorong masyarakat agar tetap produktif dan aman dari penularan COVID-19.
Manu Yaba Nonti adalah bahasa daerah dari Suku Besar Arfak tepatnya Suku Hatam di Kabupaten Manokwari yang artinya Kampung Berdikari, kata Kapolda Papua Barat, Irjen Pol Tornagogo Sihombing dalam wawancara bersama wartawan ANTARA di Manokwari, Senin.
Konsep Kampung berdikari ini diinisiasi Kepolisian Daerah Papua Barat dengan mengedepankan kearifan lokal, potensi sumber daya manusia (SDM) serta sumber daya alam (SDA) yang ada di kampung.
Ada tiga sektor utama yang dibentuk dalam pembentukan kampung berdikari ini yakni kesehatan, ketahanan pangan serta keamanan dan ketertiban masyarakat.
"Saya rasa tiga faktor ini yang penting bagi masyarakat di saat wabah COVID-19 melanda hampir seluruh negara, termasuk Indonesia," ucap Tornagogo Sihombing.
Sabtu pekan lalu, Kampung Berdikari tersebut telah diluncurkan oleh Kapolda bersama Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan, Kepala Badan Intelijen Negara Daerah (Kabinda) serta Forkopimda lainnya.
Di Papua Barat terdapat sebanyak 13 kampung yang dirintis Polda Papua Barat dan jajaran. Kampung ini yang akan menjadi contoh bagi yang lain dalam menyongsong budaya hidup baru di tengah pandemi.
"Setiap kabupaten dan kota masing-masing ada satu. Di Manokwari yang kami pilih adalah Kampung Aimasi Distrik Prafi," ucap Kapolda lagi.
Gubernur Papua Barat pada kesempatan terpisah mengutarakan bahwa ini menjadi contoh yang baik dan sangat detail. Kampung lain bisa menerapkan konsep yang sama untuk mempersiapkan masyarakat agar tetap produktif serta aman dari penyebaran COVID-19.
Menurutnya, dana desa sebagian bisa dimanfaatkan untuk mendukung penerapan Kampung Berdikari melalui program padat karya.
"Di Papua Barat ini ada 1.743 kampung. Semua mendapatkan dana desa. Selain itu ada juga dana prospek yang bersumber dari dana otonomi khusus. Dalam Prospek setiap kampung memperoleh anggaran sebesar Rp 225 juta untuk program ketahanan pangan. Ini harus dioptimalkan," ucap Gubernur.
ANTARA memantau Manu Yaba Nonti Aimasi atau Kampung Berdikari Aimasi Manokwari tertata cukup rapi. Antusias dan partisipasi masyarakat pun cukup tinggi
Pada bidang ketahanan pangan, masyarakat secara mandiri mengoptimalkan potensi pertanian padi, holtikultura serta beragam palawija lainya. Selain pertanian, warga juga mengembangkan peternakan sapi yang telah menerapkan pola semi modern.
Sektor lain yang menopang perokonomian masyarakat di Kampung ini adalah perdagangan dan jasa.
Pada bidang kesehatan, aparat kampung bersama masyarakat telah menyiapkan fasilitas karantina yang diperuntukkan bagi warga yang terkonfirmasi positif. Operasional kesehatan di kampung ini didukung oleh tenaga kesehatan dari Puskesmas setempat.
Masyarakat cukup sadar menerapkan protokol kesehatan dengan menerapkan peraturan wajib pakai masker. Saat kita berkeliling kampung, kita akan mendapati fasilitas cuci tangan yang tertata rapi di depan rumah-rumah, toko dan kios milik warga.
Untuk menjaga situasi Kamtibmas agar tetap kondusif, aparat kampung dan masyarakat telah menyiapkan standard operational procedure (SOP), diantaranya setiap tamu yang masuk wajib mengisi daftar hadir serta menjalani protokol kesehatan.
Di setiap pintu masuk gang ada pos yang dijaga petugas keamanan. Mereka akan memeriksa identitas dan suhu tubuh setiap orang yang mau masuk. Itu diberlakukan untuk menjamin agar warga aman dari COVID-19.*
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2020
Manu Yaba Nonti adalah bahasa daerah dari Suku Besar Arfak tepatnya Suku Hatam di Kabupaten Manokwari yang artinya Kampung Berdikari, kata Kapolda Papua Barat, Irjen Pol Tornagogo Sihombing dalam wawancara bersama wartawan ANTARA di Manokwari, Senin.
Konsep Kampung berdikari ini diinisiasi Kepolisian Daerah Papua Barat dengan mengedepankan kearifan lokal, potensi sumber daya manusia (SDM) serta sumber daya alam (SDA) yang ada di kampung.
Ada tiga sektor utama yang dibentuk dalam pembentukan kampung berdikari ini yakni kesehatan, ketahanan pangan serta keamanan dan ketertiban masyarakat.
"Saya rasa tiga faktor ini yang penting bagi masyarakat di saat wabah COVID-19 melanda hampir seluruh negara, termasuk Indonesia," ucap Tornagogo Sihombing.
Sabtu pekan lalu, Kampung Berdikari tersebut telah diluncurkan oleh Kapolda bersama Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan, Kepala Badan Intelijen Negara Daerah (Kabinda) serta Forkopimda lainnya.
Di Papua Barat terdapat sebanyak 13 kampung yang dirintis Polda Papua Barat dan jajaran. Kampung ini yang akan menjadi contoh bagi yang lain dalam menyongsong budaya hidup baru di tengah pandemi.
"Setiap kabupaten dan kota masing-masing ada satu. Di Manokwari yang kami pilih adalah Kampung Aimasi Distrik Prafi," ucap Kapolda lagi.
Gubernur Papua Barat pada kesempatan terpisah mengutarakan bahwa ini menjadi contoh yang baik dan sangat detail. Kampung lain bisa menerapkan konsep yang sama untuk mempersiapkan masyarakat agar tetap produktif serta aman dari penyebaran COVID-19.
Menurutnya, dana desa sebagian bisa dimanfaatkan untuk mendukung penerapan Kampung Berdikari melalui program padat karya.
"Di Papua Barat ini ada 1.743 kampung. Semua mendapatkan dana desa. Selain itu ada juga dana prospek yang bersumber dari dana otonomi khusus. Dalam Prospek setiap kampung memperoleh anggaran sebesar Rp 225 juta untuk program ketahanan pangan. Ini harus dioptimalkan," ucap Gubernur.
ANTARA memantau Manu Yaba Nonti Aimasi atau Kampung Berdikari Aimasi Manokwari tertata cukup rapi. Antusias dan partisipasi masyarakat pun cukup tinggi
Pada bidang ketahanan pangan, masyarakat secara mandiri mengoptimalkan potensi pertanian padi, holtikultura serta beragam palawija lainya. Selain pertanian, warga juga mengembangkan peternakan sapi yang telah menerapkan pola semi modern.
Sektor lain yang menopang perokonomian masyarakat di Kampung ini adalah perdagangan dan jasa.
Pada bidang kesehatan, aparat kampung bersama masyarakat telah menyiapkan fasilitas karantina yang diperuntukkan bagi warga yang terkonfirmasi positif. Operasional kesehatan di kampung ini didukung oleh tenaga kesehatan dari Puskesmas setempat.
Masyarakat cukup sadar menerapkan protokol kesehatan dengan menerapkan peraturan wajib pakai masker. Saat kita berkeliling kampung, kita akan mendapati fasilitas cuci tangan yang tertata rapi di depan rumah-rumah, toko dan kios milik warga.
Untuk menjaga situasi Kamtibmas agar tetap kondusif, aparat kampung dan masyarakat telah menyiapkan standard operational procedure (SOP), diantaranya setiap tamu yang masuk wajib mengisi daftar hadir serta menjalani protokol kesehatan.
Di setiap pintu masuk gang ada pos yang dijaga petugas keamanan. Mereka akan memeriksa identitas dan suhu tubuh setiap orang yang mau masuk. Itu diberlakukan untuk menjamin agar warga aman dari COVID-19.*
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2020