Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan berharap daerah lain belajar dari Kabupaten Teluk Bintuni dalam penanganan virus corona jenis baru (COVID-19).
"Teluk Bintuni menerapkan pola yang cukup bagus dalam penanganan COVID-19. Daerah lain harus belajar dari Teluk Bintuni. Provinsi kami pun belajar dari sana," ucap gubernur di Manokwari, Senin.
Dominggus mengapresiasi upaya gugus tugas Teluk Bintuni yang begitu sigap menangani perkembangan kasus COVID-19 di sana. Hingga saat ini pun tidak ada kasus kematian akibat COVID-19 di daerah penghasil udang, lopster, dan kepiting segar tersebut.
Menurut Gubernur, perkembangan kasus positif COVID-19 di Teluk Bintuni berlangsung cukup cepat. Jumlah kasus di kabupaten itu tergolong tinggi dibanding daerah lain di Papua Barat.
"Dibanding daerah lain, kasus positif di Bintuni itu muncul belakangan, tapi bertambah begitu cepat. Berkat penanganan yang serius, dalam waktu dua bulan lebih sedikit akhirnya semua pasien berhasil sembuh," katanya lagi.
Ia juga mengapresiasi penanganan COVID-19 di Kabupaten Teluk Wondama dan Manokwari Selatan. Di dua daerah ini pernah ditemukan kasus positif, namun berhasil sembuh dan tidak ada penambahan hingga hari ini.
Kasus konfirmasi positif pertama di Teluk Bintuni ditemukan pada 19 April 2020. Jumlah kasus terus meningkat hingga mencapai 50 pada 14 Juni 2020, namun dalam waktu kurang dari dua setengah bulan seluruh pasien di daerah penghasil minyak dan gas bumi ini berhasil bebas dari COVID-19.
Pasien terakhir dinyatakan sembuh pada 26 Juni 2020. Ia adalah pasien perempuan usia 41 tahun dari Distrik Babo. Hasil tes polymerase chain reaction (PCR) bagi pasien tersebut dua kali berturut-turut menunjukkan hasil negatif.
Juru bicara pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni pada percepatan penanganan COVID-19, dr Wiendo Syahputra pada kesempatan terpisah mengutarakan bahwa saat ini pihaknya fokus untuk mengantisipasi kasus baru.
Ia menjelaskan untuk mencegah temuan kasus baru, seluruh tim kesehatan yang tergabung dalam gugus tugas COVID-19 tetap siap melakukan skrining serta pelacakan kontak.
"Rapid test akan terus kami lakukan, jika hasilnya reaktif kami akan lanjutkan dengan pemeriksaan swab. Kami juga masih terus melakukan pelacakan kontak erat OTG (orang tanpa gejala), karena OTG ini merupakan orang yang memiliki riwayat kontak erat dengan pasien positif," kata Wiendo menjelaskan.
Pihaknya pun mengimbau masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan saat menjalankan aktivitas di luar rumah. Meskipun sudah 100 persen pasien COVID-19 di daerah itu sembuh, namun saat ini masih ada 78 OTG dalam pemantauan.
Puluhan OTG tersebut saat ini menjalani isolasi mandiri dengan pengawasan ketat petugas kesehatan di wilayah masing-masing. Bagi mereka gugus tugas terus memberikan vitamin untuk menjaga agar kekebalan tubuhnya terjaga sehingga bisa mengakhiri masa pemantauan dalam kondisi tubuh yang sehat dan terbebas dari COVID-19.
"Sekali lagi kami sampaikan bahwa OTG adalah orang yang memiliki riwayat kontak erat dengan pasien positif dan mereka memiliki potensi besar untuk tertular. Maka sesuai prosedur Kementerian Kesehatan, kita harus memantau kondisi mereka secara ketat selama 14 hari juga memberikan vitamin agar akhirnya tidak jadi pasien positif COVID-19," ujarnya lagi.*
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2020
"Teluk Bintuni menerapkan pola yang cukup bagus dalam penanganan COVID-19. Daerah lain harus belajar dari Teluk Bintuni. Provinsi kami pun belajar dari sana," ucap gubernur di Manokwari, Senin.
Dominggus mengapresiasi upaya gugus tugas Teluk Bintuni yang begitu sigap menangani perkembangan kasus COVID-19 di sana. Hingga saat ini pun tidak ada kasus kematian akibat COVID-19 di daerah penghasil udang, lopster, dan kepiting segar tersebut.
Menurut Gubernur, perkembangan kasus positif COVID-19 di Teluk Bintuni berlangsung cukup cepat. Jumlah kasus di kabupaten itu tergolong tinggi dibanding daerah lain di Papua Barat.
"Dibanding daerah lain, kasus positif di Bintuni itu muncul belakangan, tapi bertambah begitu cepat. Berkat penanganan yang serius, dalam waktu dua bulan lebih sedikit akhirnya semua pasien berhasil sembuh," katanya lagi.
Ia juga mengapresiasi penanganan COVID-19 di Kabupaten Teluk Wondama dan Manokwari Selatan. Di dua daerah ini pernah ditemukan kasus positif, namun berhasil sembuh dan tidak ada penambahan hingga hari ini.
Kasus konfirmasi positif pertama di Teluk Bintuni ditemukan pada 19 April 2020. Jumlah kasus terus meningkat hingga mencapai 50 pada 14 Juni 2020, namun dalam waktu kurang dari dua setengah bulan seluruh pasien di daerah penghasil minyak dan gas bumi ini berhasil bebas dari COVID-19.
Pasien terakhir dinyatakan sembuh pada 26 Juni 2020. Ia adalah pasien perempuan usia 41 tahun dari Distrik Babo. Hasil tes polymerase chain reaction (PCR) bagi pasien tersebut dua kali berturut-turut menunjukkan hasil negatif.
Juru bicara pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni pada percepatan penanganan COVID-19, dr Wiendo Syahputra pada kesempatan terpisah mengutarakan bahwa saat ini pihaknya fokus untuk mengantisipasi kasus baru.
Ia menjelaskan untuk mencegah temuan kasus baru, seluruh tim kesehatan yang tergabung dalam gugus tugas COVID-19 tetap siap melakukan skrining serta pelacakan kontak.
"Rapid test akan terus kami lakukan, jika hasilnya reaktif kami akan lanjutkan dengan pemeriksaan swab. Kami juga masih terus melakukan pelacakan kontak erat OTG (orang tanpa gejala), karena OTG ini merupakan orang yang memiliki riwayat kontak erat dengan pasien positif," kata Wiendo menjelaskan.
Pihaknya pun mengimbau masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan saat menjalankan aktivitas di luar rumah. Meskipun sudah 100 persen pasien COVID-19 di daerah itu sembuh, namun saat ini masih ada 78 OTG dalam pemantauan.
Puluhan OTG tersebut saat ini menjalani isolasi mandiri dengan pengawasan ketat petugas kesehatan di wilayah masing-masing. Bagi mereka gugus tugas terus memberikan vitamin untuk menjaga agar kekebalan tubuhnya terjaga sehingga bisa mengakhiri masa pemantauan dalam kondisi tubuh yang sehat dan terbebas dari COVID-19.
"Sekali lagi kami sampaikan bahwa OTG adalah orang yang memiliki riwayat kontak erat dengan pasien positif dan mereka memiliki potensi besar untuk tertular. Maka sesuai prosedur Kementerian Kesehatan, kita harus memantau kondisi mereka secara ketat selama 14 hari juga memberikan vitamin agar akhirnya tidak jadi pasien positif COVID-19," ujarnya lagi.*
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2020