Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua Barat pada September 2024 mencapai 108.280 ribu orang atau turun sebesar 1.880 orang jika dibanding dengan periode Maret 2024, yaitu 110.160 orang.
Kepala BPS Papua Barat Merry di Manokwari, Rabu, mengatakan kondisi sosial ekonomi yang memengaruhi kemiskinan meliputi inflasi umum relatif rendah, rata-rata pengeluaran per kapita per bulan penduduk desil 1 dan 2 meningkat masing-masing 4,23 persen dan 5,10 persen.
Faktor lainnya yang turut andil menurunkan jumlah penduduk miskin, antara lain perekonomian triwulan III 2024 tumbuh 19,56 persen year of year (yoy), leading sektor tumbuh positif, dan pengeluaran konsumsi rumah tangga triwulan III 2024 juga tumbuh positif.
"Kemudian, tingkat pengangguran terbuka pada Agustus 2024 sebesar 4,13 persen atau lebih rendah dibanding Agustus 2023," kata Merry saat konferensi pers di Manokwari.
Meski demikian, kata dia, jumlah penduduk miskin Papua Barat masih terkonsentrasi di kawasan pedesaan, yakni sebanyak 93.110 orang atau turun 4.230 orang dibanding periode Maret 2024, yaitu 97.940 orang.
Jumlah penduduk miskin wilayah perkotaan tercatat sebesar 15.180 orang lebih rendah dari pedesaan, namun mengalami peningkatan sebanyak 2.360 orang jika dibandingkan dengan kondisi pada Maret 2024.
"Persentase penduduk miskin Papua Barat 21,09 persen dan menempati urutan ketiga dari tujuh provinsi dengan persentase kemiskinan tertinggi di Indonesia," kata Merry.
Merry menjelaskan bahwa penduduk miskin merupakan penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan berada di bawah garis kemiskinan dengan persentase secara total meningkat menjadi 2,87 persen pada Maret-September 2024.
Selama periode tersebut garis kemiskinan Provinsi Papua Barat mengalami peningkatan dari Rp793.804 per kapita per bulan pada Maret 2024, menjadi Rp816.613 per kapita per bulan pada September 2024.
"Distribusi garis kemiskinan makanan menyumbang 74,67 persen, sedangkan bukan makanan menyumbang 25,33 persen," ucap Merry.
Ia menyebut sumbangan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan Papua Barat pada September 2024 di wilayah pedesaan lebih tinggi dibanding kawasan perkotaan, namun rata-rata lebih dari 70 persen.
Komoditas makanan yang memberikan andil signifikan, yaitu beras dan rokok kretek filter, sedangkan komoditas bukan makanan antara lain biaya perumahan, listrik, BBM, perlengkapan mandi, dan lainnya.
"Peranan komoditas beras dan rokok kretek filter masih mendominasi, baik di daerah pedesaan maupun perkotaan," ucap Merry.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2025