Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Papua Barat mencatat jumlah kasus positif Human Immunodeficiency Virus (HIV) di provinsi setempat yang berhasil dilakukan identifikasi per Juli 2024 sebanyak 5.144 penderita .

Plt Kepala Dinkes Papua Barat dr Feny Mayana Paisey di Manokwari Selasa mengatakan, pihaknya telah memberikan obat anti retro viral (ARV) bagi para penderita untuk dikonsumsi secara rutin.

Pemberian ARV bagi penderita HIV bermaksud menghambat perkembangan sel virus dalam darah yang menyebabkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS).

"Tetapi sampai sekarang yang mengonsumsi obat ARV hanya 1.387 penderita, karena banyak dari penderita HIV malu ambil obat," kata Feny.

Setelah rutin mengonsumsi obat ARV selama enam bulan, katanya,  setiap penderita diharapkan melakukan pemeriksaan viral load secara berkala guna mengetahui jumlah virus HIV dalam darah.

Apabila hasil pemeriksaan viral load ditemukan jumlah virus HIV berkisar antara 50-1.000, maka penderita tersebut dinyatakan tersupresi yang berarti jumlah virus sangat rendah.

"Yang periksa viral load hanya 371 penderita dari yang rutin konsumsi obat ARV, masih ada gep. Kalau yang tersupresi ada 156 penderita," ujar Feny.

Ia mengakui bahwa stigma negatif dari masyarakat menyebabkan banyak penderita HIV yang malu mengambil obat ARV di pusat layanan kesehatan terdekat, termasuk mengikuti pemeriksaan viral load.

Dinas Kesehatan terus mengedukasi masyarakat agar tidak berlebihan memberikan penilaian buruk kepada penderita HIV, sehingga upaya intervensi penanganan masalah HIV berjalan maksimal.

"Jumlah yang ditemukan tidak sebanyak yang minum obat, lalu yang periksa viral load juga menurun. Stigma masyarakat sangat kuat,"kata Feny.

Menurut dia hasil Survei Terpadu Biologi dan Perilaku (STBP), angka prevalensi di Tanah Papua mencapai 2,3 persen, yang artinya setiap pemeriksaan 100 orang terdapat 2-3 orang positif HIV.

Apabila prevalensinya melebihi 2,3 persen, maka dapat dikategorikan sebagai epidemi meluas tingkat rendah yang mengindikasikan penularan HIV tidak hanya berada di populasi kunci.

"Kalau epidemi meluas itu, penularannya tidak hanya di lokasi-lokasi seperti lokalisasi tapi sudah masuk ke lingkungan keluarga," ujarnya.

Saat ini, katanya, upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan di seluruh wilayah Papua Barat adalah memperbanyak skrining guna mendeteksi kasus untuk mempercepat penanganan.

Pihaknya bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) termasuk penyintas untuk memberikan dukungan bagi penderita supaya mengikuti semua fase penyembuhan.

"Kami sudah lakukan skrining ke kampung-kampung. Dari 1.861 orang, dan ditemukan 16 orang reaktif," kata dr Feny.

Pewarta: Fransiskus Salu Weking

Editor : Evarianus Supar


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024