Kepala Dinas Pertanian, Hortikultura dan Tanaman Pangan Manokwari, Kukuh Saptoyudo mengungkapkan lahan persawahan aktif di Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat, saat ini seluas 1.200 hektare.

“Sebaran sawah terbesar berada di Distrik (kecamatan) Prafi, Aimasi, Masni Utara, Wasirawi, dan Sidey. Luas sawah paling besar ada di Prafi yaitu 783 hektare,” kata Kukuh di Manokwari, Kamis.

Ia mengatakan, dengan luas sawah 1.200 hektare maka Kabupaten Manokwari mampu menghasilkan padi sebanyak 2.400 ton tiap musim panen karena setiap 1 hektare sawah menghasilkan 2 ton padi.

Menurutnya, dalam satu tahun petani di Manokwari mampu melakukan panen sebanyak dua kali yang memanfaatkan dua musim tanam pada Oktober dan Maret.

“Sedangkan kelompok petani beras di Kabupaten Manokwari berjumlah 126 kelompok yang tersebar di distrik-distrik tersebut,” katanya.

Ia mengatakan jumlah sawah aktif di Manokwari ternyata mengalami penurunan drastis akibat alih fungsi lahan dan pencemaran sungai Wariori di Distrik Wasirawi.

Di Distrik Wasirawi dulu luas sawah mencapai 3.000 hektare. Tapi saat ini luas sawah di daerah tersebut tinggal 7 hektare karena sungai Wariori tercemar akibat penambangan liar di daerah hulu.

Menurutnya, saat ini kelompok tani di distrik Wasirawi tengah berupaya melakukan pengolahan sawah menggunakan metode lain sehingga tidak terpengaruh oleh air sungai yang tercemar.

"Dulu untuk mengairi sawah di daerah tersebut pakai embung-embung. Saya sudah berencana mengaktifkan embung-embung di sana. Tadi saya ketemu kelompok tani di sana, mereka sedang berupaya mengolah sawah lagi. Saya belum tahu mereka pakai metode bagaimana, tapi mereka optimis sekali bisa menghidupkan sawah-sawah lagi," katanya.

Ia mengatakan, di Distrik Prafi juga ada beberapa sawah yang sudah beralih fungsi karena petani saat ini kesulitan pupuk. Akhirnya beberapa petani tidak lagi menanam padi di sawah tapi di mengganti dengan tanaman lainnya.

"Kelangkaan pupuk NPK menjadi penyebab petani tidak menanam. Kalau dua musim tidak menanam, rumput di lahan sawah menjadi banyak dan tinggi. Kalau sudah begitu, jika mau ditanami padi lagi perlu ada optimasi lahan lagi," katanya.

Menurut dia, sebenarnya beras dari Manokwari mudah untuk dijual bahkan dengan harga Rp14 ribu per kg. Namun, ironisnya saat ini beras dari Manokwari justru sebagian besar dibeli para penambang liar karena penambang liar mampu membeli dengan harga segitu dengan jumlah yang banyak. Padahal, gara-gara penambang liar itu banyak lahan sawah yang gagal panen.

Sebelumnya, Bupati Manokwari menyatakan dengan tegas tambang emas ilegal adalah kejahatan karena keberadaan tambang liar telah mencuri sumber daya alam di Manokwari dan timbulkan kerusakan lingkungan luar biasa.

Akibat tambang liar di Distrik Wasirawi lahan pertanian warga banyak yang gagal panen. Air di wilayah tersebut tercemar dari keberadaan tambang ilegal.

Ia menambahkan, hasil tambang emas ilegal tersebut tidak menjadi pendapatan pemerintah daerah melainkan dinikmati segelintir oknum-oknum tak bertanggung jawab.*
 

Pewarta: Ali Nur Ichsan

Editor : Evarianus Supar


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024