Ketua Dinamisator Jaring Nusa, Asmar Exwar mengatakan, sampah plastik mengancam destinasi wisata bahari di Kawasan Timur Indonesia (KTI).
"Dari pantauan dan pendampingan 18 CSO(Civil Social Organization/organisasi sipil sosial) atau LSM yang tergabung dalam Jaring Nusa,
sebagian besar destinasi wisata bahari sudah terkontaminasi sampah plastik,"kata Asmar di Makassar, Minggu.
Dia mengatakan, sebagian besar pulau-pulau yang merupakan destinasi wisata di KTI, sudah dikotori sampah khususnya sampah plastik yang berasal dari daratan.
Padahal disadari, selain potensi destinasi wisata pulau-pulau kecil dan wilayah laut Indonesia termasuk salah satu negara di dunia yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah, baik itu flora maupun fauna.
Mencermati kondisi itu, Asmar mengatakan, pihak CSO bersama pemerintah setempat terus melakukan sosialisasi dan mitigasi penyelamatan destinasi wisata bahari dengan mendorong produk ramah lingkungan yang berkelanjutan, diantaranya mengurangi limbah sampah, dan emisi.
Senior Consult Executive Waste4 Change, Lathifah Awliya Mashudi mengatakan, untuk menyelamatkan lingkungan laut, maka perlu mendorong dan menguatkan bank data isu lingkungan.
Berangkat dengan data itu, penanganan sampah plastik bukan hanya di laut tetapi juga di hilirnya atau di darat.
Sementara itu, data Kementerian Kelautan dan Perikanan melansir sekitar 50 persen dari sekitar 56 ribu ton sampah plastik per tahun dari darat masuk ke laut.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2023
"Dari pantauan dan pendampingan 18 CSO(Civil Social Organization/organisasi sipil sosial) atau LSM yang tergabung dalam Jaring Nusa,
sebagian besar destinasi wisata bahari sudah terkontaminasi sampah plastik,"kata Asmar di Makassar, Minggu.
Dia mengatakan, sebagian besar pulau-pulau yang merupakan destinasi wisata di KTI, sudah dikotori sampah khususnya sampah plastik yang berasal dari daratan.
Padahal disadari, selain potensi destinasi wisata pulau-pulau kecil dan wilayah laut Indonesia termasuk salah satu negara di dunia yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah, baik itu flora maupun fauna.
Mencermati kondisi itu, Asmar mengatakan, pihak CSO bersama pemerintah setempat terus melakukan sosialisasi dan mitigasi penyelamatan destinasi wisata bahari dengan mendorong produk ramah lingkungan yang berkelanjutan, diantaranya mengurangi limbah sampah, dan emisi.
Senior Consult Executive Waste4 Change, Lathifah Awliya Mashudi mengatakan, untuk menyelamatkan lingkungan laut, maka perlu mendorong dan menguatkan bank data isu lingkungan.
Berangkat dengan data itu, penanganan sampah plastik bukan hanya di laut tetapi juga di hilirnya atau di darat.
Sementara itu, data Kementerian Kelautan dan Perikanan melansir sekitar 50 persen dari sekitar 56 ribu ton sampah plastik per tahun dari darat masuk ke laut.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2023