Manokwari, (Antaranews Papua Barat)-Cakupan pemberian obat pada program eliminasi filariasis atau kaki gajah di Provinsi Papua Barat melampaui target nasional.

Kepala Dinas Kesehatan Papua Barat, Otto Parorongan di Manokwari Minggu, mengatakan, filariasis menjadi salah yang satu penyakit yang bersifat endemis di daerah tersebut. Dari 13 kabupaten/kota hanya satu daerah yang terbebas dari penyebaran penyakit ini, yakni Kabupaten Pegunungan Arfak.

"Dinas Kesehatan provinsi dan kabupaten kota minus Pegunungan Arfak terus berupaya mencegah penularan," kata dia.

Pemerintah pusat, kata dia, sejak tahun 2015 telah melaksanakan program Bulan Eliminasi Kaki Gajah (Belkaga). Melalui gerakan ini seluruh warga di dari usia dua tahun hingga 70 tahun wajib mengonsumsi obat.

Tahun ini, kata dia, Papua Barat menjadi daerah yang paling tinggi dalam pemberian obat. Cakupan pemberian obat filariasis di daerah ini mencapai 78 persen.

"Kita sudah di atas target nasional. Secara nasional ditargetkan 65 persen, kita sudah capai 78 persen, itu dua hari yang lalu dalam hal cakupan minum obat filarial,’’ sebut Otto lagi.

Pengidap kaki gajah di Papua Barat cukup variatif di 12 kabupaten/kota. Obat yang diberikan secara gratis oleh pemerintah pusat ini bertujuan untuk mematikan cacing filariasis serta mencegah agar tidak tertular.

 "Kalau untuk menyembuhkan bengkak pada tubuh penderita itu sulit. Bisa lewat operasi tapi cukup beresiko, makanya kami berharap masyarakat yang belum kena sadar minum obat supaya tidak tertular," sebutnya lagi.

Otto mengutarakan, gerakan Belkaga di Papua Barat ini dilaksanakan terintergrasi dengan program pengendalian malaria dan imuniasi. Dinkes menerjunkan petugas kesehatan, hingga ke kampung-kampung.

"Pegunungan Arfak itu bagus, selain bebas filariasis di sana juga bebas malaria. Daerahnya dingin sehingga populasi nyamuk sangat kurang bahkan mungkin tidak ada," pungkasnya.
 

Pewarta: Toyiban

Editor : Key Tokan A


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2018