Kawasan konservasi perairan kepulauan Raja Ampat, Provinsi Papua Barat meraih penghargaan Blue Park sebagai pengakuan atas upaya konservasi yang luar biasa pada Konferensi Kelautan PBB di Lisbon, Portugal, Jumat.

Penghargaan bergengsi Blue Park tingkat emas  untuk konservasi satwa liar laut yang luar biasa tersebut diumumkan oleh Marine Conservation Institute pada Konferensi Kelautan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan penghargaan diterima oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan, Victor Gustaaf Manoppo atas nama Pemerintah Indonesia.

Kepala Badan Layanan Umum Daerah Unit Pelaksana Teknis Daerah Pengelolaan Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat, Syafri dalam keterangan tertulis yang diterima di Sorong, Jumat, mengatakan bahwa suatu kehormatan yang luar biasa bagi pemerintah daerah dapat menerima penghargaan emas Blue Park ini. 

"Kami bangga menjadi bagian dari Blue Park Network untuk membangun jaringan global yang kuat dari wilayah laut yang dikelola dengan baik," ujarnya.

Raja Ampat ingin terus memperkuat  pengelolaan untuk mempromosikan kesehatan laut dan memastikan keberlanjutan pangan dan sumber daya alam untuk anak-anak dan generasi mendatang.

Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat adalah jaringan enam kawasan lindung laut di jantung Segitiga Terumbu Karang di Bentang Laut Kepala Burung Indonesia. Di perairan dangkal, jaringan ini melindungi terumbu tepi, penghalang, patch, dan atol yang luas dan beragam yang mengandung setidaknya 488 spesies, mewakili 75 persen spesies karang yang dikenal di seluruh dunia. 

Dikatakan bahwa lebih dari 1.000 spesies ikan berkeliaran di sekitar karang membentuk kumpulan berwarna cerah termasuk parrotfish, tangs, dan rainbow runner. 

Selain terumbu karang yang luas, beberapa  wilayah di Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat memiliki hutan bakau yang merupakan habitat penting bagi ikan dan makroinvertebrata. Sementara di saluran dalam antar pulau, jaringan tersebut melindungi berbagai habitat laut dalam yang unik, termasuk gunung bawah laut, puncak, dan ngarai bawah laut. 
 
Jejaring Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat adalah contoh luar biasa dari upaya kolaboratif yang digerakkan oleh masyarakat dan didukung oleh banyak pihak. 

Jejaring  Kawasan Konservasi di Perairan pada wilayah Bentang Laut Kepala Burung, Papua Barat tersebut diluncurkan dengan dukungan pemerintah daerah, masyarakat, dan beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) seperti Conservation International Indonesia, The Nature Conservancy, dan World Wildlife Fund pada tahun 2004, untuk melindungi keanekaragaman hayati  laut, mengatasi masalah penangkapan ikan ilegal, dan pengelolaan yang aman bagi ekosistem laut. 

Direktur Program Kelautan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) mitra utama The Nature Conservancy di Indonesia, Muhammad Ilman menyatakan sebagai salah satu mitra pembangunan tentu bangga dan berterima kasih atas penghargaan Blue Park untuk Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat.

Hal ini membuktikan bahwa kerja sama merupakan kunci keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi. Diharapkan kerja sama yang telah terjalin dengan baik dapat lebih ditingkatkan lagi sehingga Raja Ampat dapat menjadi contoh kawasan konservasi perairan yang memberikan manfaat baik secara ekologi maupun sosial ekonomi.
 
Papua Program Director  Konservasi Indonesia mitra utama Conservation International di Indonesia, Meity Mongdong  mengatakan sangat senang melihat jaringan Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan  Raja Ampat diakui sebagai bagian dari jaringan Blue Park yang bergengsi. Raja Ampat memberikan contoh untuk pengembangan dan pengelolaan Kawasan Konservasi di Perairan lainnya di Papua Barat dan di seluruh Indonesia.

Serta memberikan contoh bagaimana pengelolaan yang kuat dan inklusif dapat bermanfaat bagi masyarakat lokal saat ini dan untuk generasi mendatang.
 
Melestarikan kearifan lokal, nilai-nilai, dan praktik pengelolaan tradisional merupakan bagian integral dari pengelolaan jaringan Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat. 

Masyarakat lokal memiliki hak kepemilikan tradisional atas wilayah tersebut, dan mengintegrasikan praktik pengelolaan tradisional seperti sasi, penutupan ruang dan waktu tradisional yang ditentukan oleh masyarakat setempat untuk memungkinkan ekosistem melakukan pemulihan sementara. Keberhasilan Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat juga didukung oleh tim  pengelola yang sebagian besar terdiri dari masyarakat lokal. 

Selain itu, tambah dia, pemasukan dari tiket masuk wisata juga digunakan untuk mendukung konservasi untuk pengelolaan kawasan. 

Perlu diketahui bahwa Blue Park Award mengakui upaya luar biasa oleh Pemerintah Indonesia, pengelola kawasan konservasi perairan, LSM, dan masyarakat lokal yang secara efektif melindungi ekosistem laut sekarang dan untuk masa depan. Penghargaan tersebut diberikan setiap tahun sejak diluncurkan pada tahun 2017. 

Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat adalah Blue Park kedua di Indonesia. Cagar Alam Laut Misool, yang berada di Raja Ampat, memperoleh Penghargaan Blue Park pada tahun 2018. Hingga saat ini, Blue Park mencakup hampir 2 juta kilometer persegi lautan, yang mencakup 20 negara. 

Kriteria penilaian yang ketat berbasis sains dari Marine Conservation Institute dan panel internasional yang terdiri dari ilmuwan kelautan terkemuka adalah kunci untuk memeriksa dan memastikan bahwa kawasan konservasi laut ini memberikan contoh konservasi kehidupan laut yang paling efektif. 
 
Blue Park Awards didirikan oleh Marine Conservation Institute untuk mendorong kawasan perlindungan laut berkualitas tinggi yang melindungi satwa liar laut, melestarikan habitat penting, mempromosikan ketahanan dan memastikan keindahan laut kita yang menginspirasi untuk generasi mendatang.

Upaya tersebut bertujuan untuk membangun jaringan efektif yang menopang kehidupan laut dan ekosistem secara global. Hingga saat ini, ada 24 kawasan lindung laut yang telah mendapatkan Blue Park Awards
 
Selain memberikan Blue Park baru, Marine Conservation Institute telah meluncurkan kolaborasi Blue Sparks dengan kelompok yang merencanakan kawasan lindung laut baru dan meningkatkan kawasan lindung laut yang ada di AS, Meksiko, Argentina, Chili, Panama, Ekuador, Kosta Rika, dan Mozambik untuk memastikan upaya mereka menghasilkan Blue Park di masa depan. 
 
Sedangkan Marine Conservation Institute didirikan pada tahun 1996, bekerja di AS dan secara global untuk mencari perlindungan yang kuat untuk setidaknya 30 persen dari lautan pada tahun 2030 untuk kita dan generasi mendatang.

"Fokus kami untuk melindungi tempat-tempat paling penting di laut mengikuti beberapa lini pekerjaan mengidentifikasi dan mengadvokasi kawasan lindung laut yang kuat; meningkatkan undang-undang dan perangkat lain untuk melestarikan keanekaragaman hayati laut dengan lebih baik; mengkatalisasi konservasi yang efektif dengan mengakui dan mengangkat kawasan perlindungan laut terbaik sebagai Blue Park dan secara akurat melaporkan upaya konservasi global dengan Marine Protection Atlas," ujar Mety Mongdong.

Pewarta: Ernes Broning Kakisina

Editor : Evarianus Supar


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2022