Wasior, (Antaranews Papua Barat) - Pembawa baki bendera Merah Putih pada upacara peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan adalah posisi yang selalu menjadi pusat perhatian. Gerak-geriknya selalu menjadi sorotan.

Hal ini pula yang dirasakan Indorani Maria  Mince Urbon. Siswi kelas III SMAN 01 Wondama yang akrab disapa Rani adalah pembawa baki bendera Merah Putih pada upacara peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI ke-73 di Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat Jumat pagi.

Rani, demikian panggilan akrabnya adalah puteri dari pasangan Kris Nelwan dan Ema Yuliana Urbon. Sang ayah sehari-harinya adalah seorang nelayan dan sang ibu merupakan ibu rumah tangga.

Rani yang bercita-cita jadi Polwan mengaku sempat merasa gugup terutama sewaktu menaiki tangga demi tangga untuk menerima bendera Merah Putih dari Bupati Bernadus Imburi. Terlebih saat itu dirinya menjadi pusat perhatian dari sedikitnya 400-an orang yang hadir sebagai peserta upacara.

“Ada sedikit perasaan gugup  waktu naik tangga takut salah langkah, “ ujar Rani ditemui usai upacara bendera di lapangan perkantoran Pemkab Teluk Wondama di Isei.

Namun perasaan gugup, grogi maupun rasa takut yang sempat melanda akhirnya buyar dan berganti  dengan rasa senang dan suka cita ketika dia bersama rekan-rekannya anggota Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) 2018 berhasil menjalankan tugas mereka dengan sempurna.

“Saya merasa senang dan bangga karena sudah bisa jalankan tugas dengan baik, “ ujar siswi kelas III SMAN 01 Wondama ini.

Rani menuturkan dirinya tidak pernah menyangka akan terpilih menjadi pembawa baki Sang Merah Putih dalam upacara 17 Agustus tahun ini. Meski demikian sejak dalam tahap latihan dia  sudah memantapkan hati untuk siap tampil jika akhirnya dipilih tim pelatih.
Ternyata harapan dara yang hobi bermain bulutangkis ini terkabulkan. Dia ditunjuk sebagai pembawa baki untuk upacara pengibaran bendera.

“Dari awal saat diminta angkat tangan yang mau jadi pembawa oleh pelatih saya angkat tangan. Pas latihan ternyata yang bawa baki bukan saya, tapi teman saya. Awalnya saya ditugaskan untuk bawa baki sore tapi kemudian diganti dan saya tugas pagi. Jadi saya merasa sangat bangga bisa jadi pembawa baki, “ ungkapnya.

Anak pertama dari 5 bersaudara inipun merasa penunjukkan dirinya sebagai pembawa baki yang awalnya untuk upacara penurunan kemudian diganti menjadi pembawa baki pada upacara pengibaran bisa terjadi karena berkat campur tangan Yang Maha Kuasa.

“Merasa senang karena itu campur tangan Tuhan, karena saya berdoa. Saya sangat senang bisa terpilih bawa baki, “ ujar pelajar kelahiran 5 Oktober 1998.

Ditemui sebelumnya Komandan Koramil Wasior Mayor Inf Andri Risnawan selaku penanggungjawab Paskibra mengungkapkan pihaknya memang memprioritaskan putera-puteri asli Teluk Wondama sebagai pembawa baki maupun yang bertugas sebagai pengibar dan pembentang bendera.

“Untuk pembawa baki kita memang utamakan anak-anak asli Wondama supaya mereka ada kebanggaan, “ terang Andri.

Adapun 45 anggota Paskibra 2018 merupakan hasil seleksi para siswa berprestasi dari 4 SMA dan SMK di kota Wasior. Yakni SMAN 01 Wondama, SMK Tandia, SMA YPK Aitumeiri Kaibi dan SMK Perikanan Dotir. (*)

Pewarta: Zack T Bala

Editor : Key Tokan A


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2018