Badan Pusat Statistik (BPS) kota Sorong, Provinsi Papua Barat mencatat wilayah Sorong mengalami deflasi sebesar 0,30 persen pada November 2021.

Kepala Badan Pusat Kota Sorong, Merry di Sorong, Rabu, mengatakan pemicu terjadinya deflasi adalah penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya beberapa indeks kelompok pengeluaran.

Ia memaparkan penurunan harga pengeluaran terjadi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,11 persen serta kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,29 persen.

Selain itu, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga juga tercatat deflasi sebesar 0,11 persen, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,16 persen, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,08 persen.

Namun, terdapat kelompok yang mengalami inflasi seperti kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,06 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,01 persen dan kelompok transportasi sebesar 1,63 persen.

Kelompok penyediaan makanan dan minuman pada restoran juga menyumbang inflasi sebesar 0,02 persen. Khusus kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya serta kelompok pendidikan tidak mengalami perubahan indeks.

Sementara itu, komoditas yang memberikan andil terhadap deflasi di kota Sorong pada periode ini adalah ikan mumar yang turun sebesar 0,40 persen, ikan lema 0,15 persen, sawi hijau 0,13 persen, kangkung 0,11 persen, dan ikan ekor kuning 0,10 persen.

"Sedangkan komoditi yang turut andil dalam inflasi adalah angkutan udara sebesar 0,10 persen, tomat 0,13 persen, ikan tongkol 0,11 persen, ikan teri 0,10 persen, dan cabai rawit sebesar 0,07 persen," ujarnya.

Ia juga menyampaikan bahwa dari 90 Kota Indeks Harga Konsumen (IHK) seluruh Indonesia ada 84 kota mengalami inflasi dan enam kota mengalami deflasi, termasuk Kota Sorong.
 

Pewarta: Ernes Broning Kakisina

Editor : Key Tokan A


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2021